24
Sudut Pandang
Edisi 924/ 24 - 30 OKTOBER 2016
Jaga Spirit Sumpah Pemuda dengan Aksi Sosial Peringatan Sumpah Pemuda setiap bulan Ok tober adalah sejarah penting yang harus dimaknai sebagai bersatunya para pemuda Indonesia de ngan dasar bangsa, bahasa, dan tumpah darah yang satu tanpa mempedulikan latar belakang suku, agama, ras, ataupun keyakinan kita. Meskip un sudah 88 tahun berlalu, spirit atau semangat Sumpah Pemuda tetap perlu digelorakan karena kolonialisme yang dulu dihadapi para pejuang kita telah berganti menjadi neo-imperialisme sebagai efek domino dari globalisasi dan dunia.
L
antas bagaimana agar spirit atau seman gat persatuan dalam Sumpah Pemuda ini tetap bergelora ? Salah satunya hal yang paling mudah serta efektif adalah memaknainya dengan aksi nyata. Bukan hanya menghapal isi dari Sumpah Pemuda, tetapi juga memaknainya dengan kegiatankegiatan yang bermanfaat. Karena kita hidup adalah untuk memberi sebesar-besarnya manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang. Begitu disampaikan IGN Erlangga Bayu
Rahmanda P, yang saat ini diantaran ya tercatat aktif di Purna Paskibra Indonesia Bali, JCI Denpasar, HIPMI Denpasar, PCMI Bali, Komunitas Wirausaha Denpasar dan Leo Club Bali Shanti. Sebagai seorang Purna Paskibra, Angga begitu panggilannya mengaku sangat merasakan arti dari per satuan serta nasionalisme. “Kami 70 orang pemuda dari berbagai latar belakang digojlok ala militer selama hampir sebulan hanya untuk satu tujuan, mengibarkan bendera Merah Putih. Setelah sekian tahun
berlalunya kerja keras untuk pen gibaran bendera itu, kini saya serta teman-teman dari beragam bidang mengambil kesempatan untuk Indonesia yang lebih baik melalui Leo Club Bali Shanti,” tutur maha siswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unud ini. Dikatakannya Leo Club adalah komunitas pengabdian masyarakat bagi anak muda yang berada di bawah naungan Lions Club Inter national. Untuk Bali sendiri, Leo Club Bali Shanti sudah terbentuk
Sebelum Pulang Nyanyi Lagu Daerah Banyak hal yang menyangkut kebijakan di masing-masing sat uan pendidikan sudah berubah, salah satunya, penyelenggaraan ujian nasional (UN). Kalau dulu berlomba-lomba mengejar ke lulusan dengan segala cara, su paya mendapatkan nilai terbaik. Sekarang kebijakan pemerintah secara nasional, pelaksanaan UN tetap dilaksanakan tapi tidak sebagai penentu kelulusan. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali, TIA Kusuma Wardhani. Saat ini, kata dia, tingkat ko rupsi ada di semua lini. “Hampir di semua sektor kehidupan ko rupsi itu ada. Salah satu upaya yang dipakai pemerintah untuk mengurangi korupsi melalui dunia pendidikan. Sehingga se mua satuan pendidikan dituntut bisa mengubah apa yang terjadi
saat ini,” ujarnya. Caranya, dengan penyeleng garaan UN yang berintegritas, yakni pelaksanaan UN dengan jujur, adil, dan bertanggungjawab. “Kalau dulu dalam UN, nilai yang dipakai ukuran, sekarang diberi kan indeks integritas sekolah. Artinya apa, pemerintah menaruh harapan besar, agar dunia pen didikan memberi kontribusi yang besar meminimalisir korupsi Ini salah satu cara penerapan nilai Sumpah Pemuda dalam bidang pendidikan,” ujarnya. Implementasi lain, dalam kes eharian yang terjadi di semua satuan pendidikan. Ia menya takan, ada pemikiran besar dari pemerintah menumbuhkan cinta tanah air kepada generasi muda. Saat ini, dirasakan ada sesuatu yang berubah. “Sekarang ini kalau mendengar lagu daerah, sepertinya anak-anak tidak terlalu
tertarik. Beda sekali dengan dulu, lagu daerah selalu didengungkan di mana-mana. Sekarang ini nilainya sudah berubah,” ujarnya. Ia menilai, dengan adanya fasilitas IT dan perkembangan teknologi yang semakin cang gih banyak memberi dampak. “Untuk mengembalikan suasana kebersamaan dan ada rasa per satuan antar anak-anak, ada satu aturan dibuat, 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai, setelah berdoa, siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian, 10 menit berikutnya, siswa bisa membaca buku apa saja, setelah itu bercerita. Ini memang protap, tapi di masing-masing sekolah tentu berbeda atau ada tambahan nya Tapi ini adalah hal yang men dasar untuk menyadarkan para generasi muda, kita ini satu nusa satu bangsa,” kata TIA Kusuma Wardhani.
sejak 7 Mei 2013. Berbagai kegia tan yang biasanya mereka lakukan seperti renovasi sekolah di daerah terpencil, pemeriksaan gigi gratis, pembagian susu ataupun alat bela jar; volunteering untuk penyandang disabilitas baik itu tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, hingga tuna grahita. Selain itu mereka juga melakukan kunjungan ke yayasan yang menampung bayi terlantar, panti asuhan hingga panti jompo; atau kegiatan bidang lingkungan seperti penanaman mangrove, aksi
Kemudian, menjelang pulang, siswa diminta lagi menyanyikan lagu daerah. Kalau dulu, sistem nya, siapa yang menjawab betul boleh pulang. Ia menyebutkan, ada satu hasil penelitian, kalau yang ditunjuk satu anak, presta sinya tidak baik tapi dia betul menjawab, bagi anak-anak yang punya kemampuan lebih tapi tidak ditunjuk gurunya, akan merasa marah. “Kalau anak marah saat pulang, sampai di rumah anak ini akan melampiaskan kepada orang-orang terdekat. Dia bisa marah dengan ibunya, kakak atau adiknya. Sehingga kalau sistem ini dilaksanakan serentak di Indonesia, berapa banyak anak yang marah. Kalau sudah marah, pikiran tidak sehat. Sehingga pemerintah ber harap itu tidak boleh lagi dilaku kan,” ucapnya. Ia berharap, saat jam pulang sekolah, anak-anak dibuat nya man. “Kalau mereka nyaman, sam pai di rumah mereka pun gembira. Caranya, anak-anak diminta me nyanyikan lagu daerah, misalnya, Meong-meong. Ketika sampai di rumah, anak pun masih gembira. Ketika ditanya ibunya, ayo makan dulu, anak akan menjawab iya bu,” katanya memberi contoh.
bersih pantai; ataupun kegiatan in tern seperti tirtayatra, melukat, dan ngayah membersihkan Pura, hingga pemberdayaan anak muda seperti Leo Leadership Camp. Terkadang, lanjut Angga mereka mengadakan penggalangan dana bagi daerah-daerah yang terkena musibah seperti meletusnya Gu nung Kelud, gempa Nepal, ataupun korban asap di Sumatera dan Kali mantan atau bahkan penggalangan dana bagi saudara –saudara yang menderita sakit keras tapi tidak mampu secara finansial. “Dalam kegiatan-kegiatan terse but seringkali pula kami mendapat kan cibiran seperti misalnya, men gapa kami melakukan penggalangan dana untuk orang-orang di luar Bali (Hindu) atau sekadar ikut tren mencari popularitas. Disinilah kami merasakan semangat persatuan sebagai pemuda Indonesia, karena kami membantu bukan atas dasar suku ataupun agama, bahkan kenal pun kami tidak dengan orang yang kami bantu. Semua hanya karena kami merasa mendapatkan bahagia yang sebenarnya ketika juga bisa membuat orang lain bahagia. Kata Guru Gede Prama, compassion healing..We Serve ,” ujarnya Selanjutnya untuk bisa terus menjaga spirit sosial bersama te man-temannya, Angga ingin bisa mengembangkan usaha yang dijalan inya saat ini ini agar mampu mendu kung kegiatan sosialnya, Selain itu, se bagai pemuda Indonesia, untuk jangka panjangnya ia juga ingin memiliki usaha ekonomi berbasis masyarakat dan pastinya akan terus mengem bangkan Leo Club Bali Shanti. – sri.ardhini@cybertokoh.com
TIA Kusuma Wardhani
Ia menegaskan, kita tidak perlu mempertentangkan apa yang sudah terjadi, tapi itu ada lah upaya yang bisa dilakukan. Memang, ia mengakui, peran ini tidak bisa hanya dilakukan dunia pendidikan, karena peran orangtua juga penting. Ibarat sebuah pohon, yang menanam orangtua tapi yang menum buhkan sekolah. Para orangtua selamanya menanam, merawat, dan menjaga. -wirati.astiti@cybertokoh.com
redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com
cybertokoh
@cybertokoh
@cybertokoh