19
SELASA (PAHING) 4 NOVEMBER 2014 11 MUHARAM 1436 H SURA 1948
FOTO: TISHA & KEKE
SAATNYA BUDAYA LOKAL BERSUARA K
ETIKA masyarakat dunia baru heboh menyuarakan go green belakangan ini, leluhur kita sudah mempraktikkannya sejak dahulu. Nenek moyang kita ternyata sudah sangat environmental friendly. Mereka mewariskan ajaran-ajaran untuk berlaku bijaksana dan harmonis terhadap alam. Dan kerennya, nilainilai tersebut masih sangat relevan dengan kehidupan sekarang ini,” kata Man Jasad ketika diwawancarai belia sekitar dua tahun lalu. Ya, wawancaranya memang sudah lama, tetapi pesan yang terkandung di dalamnya sama sekali enggak luntur disapu waktu. Apa yang dikatakan Man Jasad membuktikan pada kita semua bahwa kearifan lokal dengan beragam bentuknya yang diwariskan para leluhur sangatlah berharga dan harus kita jaga. Man Jasad yang bernama asli Mohammad Rohmad memang dikenal sebagai salah satu orang Bandung yang peduli terhadap pe-
lestarian kearifan lokal. Kepeduliannya pun enggak hanya berakhir di tatar wacana. Ia bersama band metalnya membuat satu gebrakan yang luar biasa. Mereka menjadi trend setter pergeseran yang terjadi di kalangan komunitas death metal Bandung. Mereka memopulerkan gaya penampilan khas Sunda seperti ikat kepala dan setelan pangsi serta mengolaborasikan musik cadas dengan kendang penca dan karinding. Apa yang dilakukan Man Jasad dan bandnya bisa jadi contoh buat kita semua dalam membuktikan kepedulian dan melestarikan kearifan lokal. Eits, tapi tentunya masih banyak loh cara lain selain lewat style berpakaian dan musik. Dari dua event yang belia liput dalam beberapa waktu lalu, mungkin kamu juga bisa dapat masukan tentang cara-cara lain dalam membuktikan kepedulian dan melestarikan kearifan lokal. Check ’em out!*** hanifauziaramadhani@gmail.com
Menurut kamu gimana sih caranya melestarikan kearifan lokal? Kalia Nisrina, SMAN 25 Bandung, kelas XII KALAU menurut saya kita harus tau dulu makna dari kearifan lokal itu, disesuaikan juga dengan kehidupan kita sekarang yg modern, maksud dari kearifan lokal itu tuh diperjelas.
Ayu Lestari, SMAN 11 Bandung, kelas XII KALAU kata aku sih kearifan lokal itu baiknya ditanamkan sejak dini. Misalnya mulai dari anak tk atau sd udah diajarin dan dikasih tau tentang hal-hal kayak gitu jadi terbiasa sampai besar nanti.
Malam Penghargaan Festival Film Pendek Pelajar Se-Jawa Barat
Adu Kreativitas Mengemas Kearifan Lokal
”T
EMPAT ini terlalu steril untuk sebuah ruangan yang penuh dengan anakanak muda kreatif. Mana semangatnya?” tutur Pak Deddy Mizwar, Wakil Gubernur Jawa Barat yang juga senior di dunia perfilman Indonesia. Kata-kata tersebut meluncur dari mulut beliau ketika membuka gelaran Malam Penghargaan Festival Film Pendek Pelajar Se-Jawa Barat di Hotel Horison Selasa (21/10/2014) lalu. Tentunya setelah ucapan tersebut terlontar, ballroom yang semula sunyi jadi riuh oleh sorak-sorai para pelajar yang hadir malam itu. Semangat yang sama terus terasa sampai penghujung acara. Festival Film Pendek Pelajar Se-Jawa Barat tahun ini bertema ”Budaya Lokal Jawa Barat Dalam Prinsip Hidup, Kesenian, dan Pariwisata”. Cakupan tema tersebut adalah mengangkat potensi budaya lokal yang tumbuh dan berkembang di daerah masingmasing peserta. Tentunya hal ini jadi tantangan tersendiri loh! Jawa Barat ini kan terdiri atas berbagai daerah dan punya kearifan lokalnya masing-masing yang menarik. Nah, memilih yang paling menarik dan mengemasnya secara kreatif dalam media film pendek jelas enggak mudah. However, para peserta berhasil bereksplorasi dengan kearifan
Nurfitria, SMP BPI Bandung, kelas VII
Dinda, SMPN 28 Bandung, kelas IX JANGAN terlalu ngikutin budaya luar negeri, lebih mencintai budaya sendiri, terus ngadain organisasi-organisasi buat ngelestariin budaya indonesia.
HARUS selalu rutin dilakukan biar gak hilang. Kalau gak dilakukan lama-lama bisa lupa dan punah.*** dhianynadya@gmail.com
Inspirasi
lokal dan menghasilkan film pendek yang keren-keren. Ada sepuluh film pendek pilihan yang masuk proses penjurian terakhir. FYI, di malam penghargaan itu diumumkan tak hanya film terbaik, tetapi juga sutradara terbaik, penata kamera terbaik, penata musik terbaik, penyunting gambar terbaik, dan film favorit. Pengumuman pemenang kategori-kategori tersebut diumumkan bergantian oleh para Mojang dan Jajaka Jawa Barat. Di sela-sela pengumuman tersebut, beberapa komunitas film yang berprestasi juga diundang ke atas panggung untuk menerima beasiswa pembinaan dan produksi film. Ah, pokoknya malam itu mah penuh kebahagian lah! Oh ya, untuk melengkapi kebahagiaan, ditampilkan juga seniman-seniman Sunda yang manggung di malam penghargaan tersebut. Ada Rika Rafika dan Rita Tila yang berhasil membuat seisi ballroom enggak kuat untuk enggak menggoyangkan badan. Ada juga Doel Sumbang yang dengan suara khas plus petikan gitarnya memukau semua yang hadir. Satu lagi, dari awal hingga akhir acara, Ega Robot Percussion setia melengkapi setiap momen dengan musik tradisional yang spektakuler. Di penghujung acara, sang juara pun diumumkan. Film pendek ”Karinding in Love” karya Luwing Grup SMA Negeri 14 Bandung yang menyabet predikat film pendek terbaik. Enggak hanya itu, ”Karinding in Love” juga memenangi penghargaan penata musik terbaik, penata kamera terbaik, dan sutradara terbaik. Wuih, wilujeng ah! FYI, film ini seperti judulnya, bercerita tentang alat musik karinding. Namun, di film pendek ini karinding dikaitkan dengan kehidupan anak muda. Keren deh. Ini nih, satu lagi contoh keberhasilan dalam membuktikan kepedulian dan melestarikan kearifan lokal.***
MALU AH SAMA BULE…
”B
UAT apa sih belajar bahasa Indonesia? GJ deh, ngomong Indonesia kan udah pada bisa. Gak usah belajar lagi kali.” Hmm… kalimat di atas mungkin pernah diucapkan sama sobat Belia sekalian. Memang sih, kalau dilihat sekilas belajar bahasa itu membuat kita bosan, ngantuk, boring wahh… pokoknya bete deh. Belum lagi materinya yang tidak jauh-jauh dari puisi, pantun, cerpen, majas, atau naskah drama. Nah sekarang, kalau memang benar kita sudah bisa bahasa Indonesia dan menganggap ”tidak perlu belajar bahasa Indonesia”, apakah kita sudah memahami seluruh isi KBBI? Kalau sobat Belia sudah tahu semua isi KBBI, berarti enggak bakalan ada ceritanya enggak ngerti pas baca karya puisi dari seorang penyair dong, penyair kan biasanya menggunakan kata-kata yang asing tuh. Atau tidak perlu jauh-jauh dulu ke KBBI deh, apakah dalam sehari-hari kita sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar? Sekarang kan masih banyak tuh yang bicaranya campur-campur antara In-
donesia sama bahasa daerahnya. Apalagi orang sunda nih yang biasanya masih banyak kata atuh, sok, cik, kebun ”teh” sama penyakit ”mah” gitu. Justru belajar bahasa terutama bahasa Indonesia itu penting banget untuk memperkaya kosakata kita dan bisa meningkatkan kualitas kita juga lho. Gak percaya? Coba nih ya, kamu bicara sama orang yang bahasanya campur-campur sama yang 100% Indonesia. Pasti juga lebih enak bicara dan lebih memandang tinggi orang yang bicaranya 100% Indonesia kan? Bahasa itu harus yang konsisten, cukup gunakan satu bahasa saja saat berbicara. Mau bahasa daerah, Indonesia, atau asing? So, mulai sekarang yuk cintai pelajaran bahasa Indonesia. Jangan sampai nilai bahasa asingnya lebih besar dari bahasa Indonesianya. Yang bagusnya sih dua-duaanya nilai sempurna. Malu ahh sama bule, masa bahasa kebangsaan diremed sihh….***
hanifauziaramadhani@gmail.com
N
GALAKSI
Gelar Aksi Lomba Karakter Siswa Indonesia Provinsi Jawa Barat 2014
Diah Melina Suhada, SMKN 13 Bandung
GEBAHAS semangat kearifan lokal, Dinas Pendidikan Jawa Barat punya satu gelaran tahunan yang dinamakan Galaksi (Gelar Aksi Lomba Karakter Siswa). Acara ini meliputi banyak lomba yang ditujukan untuk teman-teman SMA se-Jawa Barat. Bertempat di Hotel Radiant Lembang, 28 Oktober 2014-30 Oktober 2014 lalu, teman-teman dari 27 kota dan kabupaten ini unjuk kebolehan dalam beragam lomba yang menuntut kreativitas. Lomba debat, lomba karya tulis ilmiah berbasis kewirausahaan, lomba kaulinan, lomba seni baca Quran, lomba cipta lagu, dan lomba film dokumenter adalah lomba-lomba yang harus mereka ikuti dalam Galaksi kali ini. Menariknya, semua lomba punya satu benang merah, yakni kearifan lokal. Yak, di tengah terpaan media dan banyaknya kultur asing yang masuk ke Indonesia,
rasanya enggak berlebihan kalau kita harus mulai mencintai budaya sendiri. Para peserta yang didominasi dari daerah luar Bandung enggak segansegan mengintrepretasikan kearifan lokal yang dimiliki Jawa Barat dalam tiap karya kreatifnya. Salah satunya adalah peserta dari Cirebon, M Rasyid Ridho yang membuat permen yang berasal dari buah kersen. Permen bertekstur jelly ini ia buat karena pohon kersen bertebaran di lingkungan sekolah dan tempat tinggalnya. Sementara dari lomba cipta lagu, banyak banget peserta yang mencoba memasukkan unsur kebudayaan Sunda, baik itu di lirik, langgam bernyanyi, maupun kostum yang mereka pakai saat pentas. Ya, saatnya budaya lokal kita bersanding dengan budaya dari luar! *** tisha_belia@yahoo.com
Quotes ”GO CONFIDENTLY IN THE DIRECTION OF YOUR DREAMS. LIVE THE LIFE YOU HAVE IMAGINED”
Indeks:
- Henry David Thoreau
20> Skul: SMK PGRI 1 Sukabumi
21> MusicTerritory: Alas Labirin Sarasvati
21>AKsi:
21>AKsi:
Art Appreciation 2014: Svapna Samasta
Budaya Membaca Ala SMPN 3 Bandung
22> Chat: Zaggle Griff