19
SELASA (KLIWON) 30 JUNI 2015 13 RAMADAN 1436 H PUASA 1948
Br onze W inner Bronze Winner The Best of Java Newspaper IYRA 2015
Terima Terima Kasih Pembaca Belia!
LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com
BUKAN PESANTREN KILAT BIASA
HALLO Belia, apa kabar nih? Libu r panjang kayak gini kegiatan kam u ngapain aja? Hemm kelamaan libur juga boring kan, apalagi kalau gak punya ren cana apa-apa alhasil cuman diem di rumah dan agendanya tidur all day long, ya kan ? Hehehe. Nah daripada jadi kuncen rumah men ding berkegiatan yang bermanfaa t sekalian menambah amal dan menambah teman mumpung masih bulan Ram adan. Salah satu kegiatannya nih kamu bisa men gikuti sanlat alias pesantren kilat. Pasti banyak di antara kamu yang pernah mengikuti san lat di sekolah atau di masjid dekat rumah kan? Eh tapi biasanya san gitu-gitu aja kegiatannya, salat Duh lat a bareng, dengerin yang cerama h, atau tadarus bareng, setuju? Nah buat kamu yang bosen sama keg iatan sanlat biasa, kamu bisa ngik utin sanlat tematik. Yep, di Ramada tahun ini banyak banget penyelengg n ara sanlat mengusung berbagai konsep, pastinya seru, enggak biki boring, menambah ilmu, dan men n ambah banyak teman. Buat kamu yang penasaran, belia sempat mengikuti beberapa kegiatan san lat tematik yang ada di Kota Bandun g. Apa aja? Sok mangga disimak! FOTO: DOK. SALMAN
Sanlat Tematik Salman
Ngaji Sambil Belajar Bikin Film
P
ERNAH denger ada pesantren kilat tapi isinya bikin film? Kayaknya seru banget kegiatannya! Yep sanlat film ini merupakan program yang dibuat oleh Yayasan Pembina Masjid Salman ITB bekerja sama dengan Salman Academy, Salman Film dan Teater Menara. Acara yang berlokasi di Masjid Salman ITB ini udah berlangsung dari tanggal 25 Juni dan berakhir 30 Juni kemarin. Sebenernya nih kegiatan sanlat sudah sering diselenggarakan Salman, tetapi sanlat dengan tema film untuk pertama kalinya digelar. Menurut Pak Iqbal Alfajri selaku Direktur Majelis
Budaya Salman ITB sekaligus sebagai inisiator acara sanlat, kegiatan ini dilatarbelakangi oleh adanya kebiasaan remaja yang menghabiskan waktunya untuk selfie. Katanya nih, bermodalkan gadget yang supercanggih seperti smartphone, sangat disayangkan bila hanya digunakan untuk selfie. ”Dengan modal smartphone harusnya remaja sudah bisa membuat film. Saat ini kuantitas produk film yang dibuat oleh anak Indonesia itu sangat sedikit, sedangkan media audio visual saat ini sangat penting dan sangat strategis,” begitu kata Pak Iqbal. Tujuan utama dari sanlat film ini adalah untuk memperkenalkan film kepada para remaja terutama siswa SMP dan SMA dengan menggunakan pendekatan sanlat. Lebih jauh menurut Pak Iqbal diharapkan acara tersebut bisa membuat peserta sadar bahwa Indonesia pernah membuat film bagus dan peserta bisa membuat karya lebih bagus dengan teknologi yang semakin canggih. ”Ya pada dasarnya melatih remaja agar mampu menghasilkan produk audio visual yang bisa memenuhi pasar lokal, apalagi ke depannya produk itu akan semakin segmented,” ujar Pak Iqbal. Ternyata kegiatan ini mendapat tanggapan positif dari para remaja, enggak hanya yang tinggal di Bandung tapi temen-temen dari berbagai kota di Indonesia seperti Padang, Batam, Jakarta, Bogor juga pada ikutan acara ini lho. Pesertanya pun cukup banyak yaitu lebih dari 100 orang.
Meskipun temanya tentang film, esensi pesantren kilatnya enggak dikesampingkan sehingga ibadah keislamannya pun terus dibina loh. Menurut Pak Iqbal, porsi materi diniah sekitar satu pertiga dari materi film, di antaranya ada tadarus murrotal, materi akhlak Islam, materi tauhid, dan materi sejarah Islam. Semua materi yang diberikan diharapkan muncul dalam produk yang dibuat oleh para peserta. Apalagi menurut Pak Iqbal materi agama menjadi basic bagi semua kegiatan. Oh iya, setiap pagi para peserta juga mendapatkan materi teater yang meliputi olah tubuh, olah vokal, dan olah sukma. Katanya materi teater ini juga penting dimiliki oleh para peserta apalagi yang memiliki minat menjadi actor. Sebelum mengikuti simulasi produksi film, para peserta diajak untuk menonton beberapa karya film pendek dan film panjang hasil karya anak bangsa. Nggak hanya itu para peserta juga mendapat materi developing film pendek, pengetahuan dasar akting, pembuatan skenario film, bahkan mengikuti casting, reading, sampai shooting. Satu lagi para peserta juga diajarkan cara pembuatan aerial video menggunakan drone. Seru banget kaaan! Semoga dengan adanya acara ini selain menambah ilmu agama, kamu juga bisa semakin bangga dengan karya anak bangsa. Pastinya bisa melahirkan inovator dan terobosan baru di dunia perfilman Indonesia yaaa.*** rani_mulyati@yahoo.co.id
FOTO: RANI
S
ATU lagi pesantren kilat kreatif yang bisa bikin pesertanya nggak bosen yaitu Fastin6. Diambil dari empat sifat nabi yaitu fathonah, amanah, shidiq, tabligh, dan 6 yang diambil dari 1436 H, sanlat yang dirancang oleh kakak-kakak Karisma ITB ini mencoba memberikan sesuatu yang beda dari sanlat yang lain. Yup, kalo biasanya sanlat itu lebih banyak dengerin ceramah, salat, atau tadarusan bareng, maka di Fastin6 ini para peserta nggak cuma dapat materi tapi juga mereka diajak untuk bersimulasi. Mulai dari simulasi dakwah, hijrah, bernegara, sampai simulasi perang. Menurut pengurus Karisma, M Faiz Ghifari, sanlat Fastin ini dibuat berbeda supaya banyak peserta yang tertarik. Soalnya nih kalau sanlat biasa-biasa aja minat dari pesertanya pun kurang. “Jadi kita bikin yang metodenya menarik. Kan kita pengen apa yang kita sampaikan dapat ditangkap oleh sebanyak-banyaknya orang,” kata Faiz. FYI, setiap tahunnya, Karisma ITB memang selalu menyelenggarakan sanlat Ramadan. Nah, di tahun ini, sanlat Fastin6 dilaksanakan pada 2528 Juni 2015. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang bertemakan akhlak, tahun ini mereka mengambil tema tentang Nabi Muhammad.
Fastin6 Karisma ITB
Tema ini sendiri dipilih karena saat ini para remaja punya sosok idola lain selain Nabi Muhammad. ”Jadi diharapkan nantinya para peserta bisa lebih cinta dan mengidolakan Rasul,” kata Faiz. Dalam sanlat ini, para peserta bakal diajak untuk menjalani kisah rasul dari mulai lahir hingga wafat. Seperti kisah kelahiran nabi, peran orangtua, muhasabah, sejarah kenabian, hikmah ayat pertama, awal dakwah, sampai hijrah Rasulullah. Nah untuk hijrah, supaya para peserta bisa mendalami arti hijrah, mereka pun diajak untuk pergi dari tempat awal yaitu Masjid Salman (Mekah) ke Cilengkrang (Madinah) sebagai tujuan hijrah. Di Cilengkrang sendiri para peserta pun diajak untuk simulasi bernegara, bagaimana menjalankan negara Islam, simulasi bermusyawarah, studi kasus, dan simulasi Perang Uhud. Perang-perangan ini bertujuan supaya peserta bisa mengambil hikmah bahwa kita harus patuh dengan perintah komandan atau kita kalah. Yup, kegiatan sanlat memang nggak perlu kaku. Dengan metode yang menarik, nggak cuma ilmu yang didapat, tapi pengalaman, kepemimpinan, dan refreshing juga tentunya. Keren!***
Ajak Peserta Lebih Mengenal Rasulullah
agniahadini@yahoo.com
FOTO: BANI
D
I bulan Ramdan kali ini sebuah asosiasi yang nyebut dirinya dengan nama Peace Generation ngadain sanlat bertemakan perdamaian. Sanlat yang diadain di Bumi Bandhawa, Cigadung, Bandung ini mengangkat tajuk Peacesantren.
PEACESANTREN
Sesuai dengan namanya yang nyantumin kata peace yang artinya damai, di dalem sanlat ini emang kentel banget nyediain seluruh materi yang berhubungan dengan kedamaian. Peacesantren ini sendiri menerima peserta dari mulai SD, SMP, hingga SMA.
Sanlat Seru untuk Pahami
Perdamaian
Dalam sanlat ini terangkum 12 materi utama yang jadi pembelajaran buat peserta sanlatnya. Pak Erick sebagai co-founder dari Peace Generation bilang belum ada di dunia pembelajaran tentang Islam yang mengajarkan khusus tentang perdamaian. Seorang co-founder yang dateng dari negeri Paman Sam sejak tahun ’92 dengan tujuan mengajar bahasa Inggris ini gak pernah kepikiran sebelumnya buat bikin asosasi yang concern terhadap perdamaian lewat anak muda. ”If we want to reach real peace in this world, we should start educating children,” ujar Mahatma Gandhi seorang tokoh pejuang dalam salah satu quotesnya. Ya, menurut dia, kalau kita pengen memulai damai, mulailah dari anak-anak. Diselenggarakan selama 4 hari sejak hari Minggu kemarin, peserta disuguhi materi yang gak ngebosenin. Semua materi disampein dengan cara yang ringan, seperti games dan lain-lainnya. Cara ini ngajarin bahwa belajar agama itu gak perlu sulit atau berat. Jadi, gak usah takut buat belajar agama. Di luar waktu pembelajaran, para peserta
bebas bermain bersama. Ada kolam berenang, alat musik yang beragam, bahkan para peserta bisa main bareng dengan para mentor mereka selama di berada di sanlat ini. Pokoknya gak kaku deh. Dan gak ketinggalan juga, mereka selalu ngadain buka bersama setiap azan Magrib tiba. Seru abis kan! *** banibee21@gmail.com
Siapkah Pelajar Indonesia Menghadapi Globalisasi?
P
ERKEMBANGAN zaman yang semakin maju kini telah memunculkan istilah globalisasi. Ya, istilah yang sederhana ini mungkin sudah lumrah, tetapi tetap memiliki dampak yang besar. Adanya globalisasi dapat membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat pun menjadi jauh. Disadari atau tidak kita telah terperangkap di dalam ruang lingkup globalisasi. Tinggal kitalah yang memilih apakah memanfaatkannya atau justru di manfaatkannya, khususnya untuk kaum pelajar Indonesia
“FASTING IS, FIRST AND FOREMOST, AN EXERCISE FOR IDENTIFYING AND MANAGING ADVERSITY IN ALL ITS FORMS. WITH FAITH, IN FULL CONSCIENCE, FASTING CALLS WOMEN AND MEN TO AN EXTRA DEGREE OF SELF-AWARENESS.”
- Tariq Ramadan
yang merupakan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Sebagai seorang pelajar, tuntutan kita saat ini bukan hanya pergi ke sekolah, belajar, dan mencari ilmu. Tetapi, kita pun harus mulai mempersiapkan diri kita untuk bisa bersaing. Di zaman yang telah memasuki era globalisasi ini persaingan semakin ketat, karena persaingan yang akan kita laksanakan bukan hanya untuk bersaing dengan saudara-saudara kita setanah air, tetapi juga dengan beragam orang di dunia ini. Mungkin sejenak kita berpikir, persaingan apa
yang harus kita lakukan? Dan untuk apa melakukan persaingan tersebut? Ya, perkembangan zaman telah membuat semua bidang kehidupan manusia ingin mendapatkan yang terbaik. Dan hal itu dapat tercapai apabila memiliki sumber daya manusia yang terbaik pula. Di situlah letak persaingan yang akan kita hadapi, akankah kita dapat bersaing menjadi yang terbaik atau malah terbalik? Tantangan hidup yang akan kita hadapi kelak, justru menjadi lebih berat seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin cang-
gih. Teknologi-teknologi yang diciptakan yang seharusnya mempermudah kita, kini justru malah menjerumuskan kita. Sudah banyak pelajar Indonesia yang menjadi korban. Lalu, apakah kita yang akan menjadi korban selanjutnya? Kalau iya, sudah tentu kita akan tahu bagaimana bangsa kita di masa mendatang bila generasi mudanya saat ini menjadi korban teknologi. Jadi untuk itu, mulailah kita dari sekarang untuk memandang ke depan bahwa persaingan akan semakin sulit. Kenapa sulit? Soalnya kita
20> Skul: SMA Negeri 1 Parongpong
21> MusicTerritory: Berani Beda Bandung
21> Gaya: Nyaman dengan Sepatu Sandal
21> Aksi: Pensi SMP IT Baitul Anshor Cimahi, Kreasi Seni SMPN 4 Pangalengan
bakal bersaing dengan masyarakat global! Keberhasilan itu akan di tentukan oleh diri kita masing-masing. Oleh karena itu, kita sebagai pelajar dituntut untuk cermat dalam menghadapi berbagai kondisi. Teknologi yang berkembang saat ini hanyalah sebagai jalan untuk mempermudah apa yang kita lakukan. Untuk selebihnya, nasib kita ada di tangan kita sendiri. Apakah kita bisa memanfaatkannya atau justru dimanfaatkan olehnya?*** Dwiki Ragil, SMAN 1 Banjaran
22> Review:
22> Chat: MR. Sonjaya