Epaper belia 27 januari 2015

Page 1

19

SELASA (MANIS) 27 JANUARI 2015 6 RABIUL AKHIR 1436 H SILIH MULUD 1948

LEMBARAN KHUSUS REMAJA

NI FOTO: HA

Oktan ITB 2015

Serunya

Dari Alun-alun Kota Bandung ke Alun-alun Kota Milan

”W

OW!! Aku tinggal di Italia!” Kata-kata itu pasti setiap hari muncul di kepalaku, seperti masih mimpi rasanya dan hal itu selalu membuatku bersyukur setiap harinya. Namaku Velita Griselda Stamber, umurku 17 tahun, dan sekarang aku sedang menjalani program pertukaran pelajar di Italia selama setahun terhitung dari tanggal 5 September lalu melalui organisasi AFS-Bina Antarbudaya. Masih kaget kadang, empat setengah bulan yang lalu aku masih di Indonesia dengan perasaan tidak percaya kalau aku bakalan tinggal selama setahun di Italia. Perjalananku ini bermula saat para Volunteer Bina Antarbudaya Chapter Bandung datang ke sekolahku, SMAK 1 BPK Penabur. Di situ aku diberi pengarahan tentang program ini. Jujur aja aku langsung tertarik banget! Jadi, aku mulai deh rangkaian seleksi nya. Jadi, seleksi dibagi menjadi tiga bagian, dari pengetahuan umum sampai ke dinamika kelompok. Seleksinya rame banget dan bagi aku menegangkan karena aku takut banget gak lulus waktu itu. Awalnya ada sekitar 600 lebih anak yang berminat dan akhirnya cuma 10 anak yang lulus dan bisa berangkat. Setelah dinyatakan lulus dari semua seleksi, waktunya buat menunggu pengumuman di mana aku akan ditempatkan. Dan pengumumannya datang juga. Yap, aku terpilih menjalani program di Italia, tinggal bersama keluarga angkat untuk setahun dan hidup layaknya remaja Italia. Berangkat dari Indonesia pada tanggal 5 September 2014, lalu sebelum bertemu dengan keluarga angkat, kami dari seluruh dunia dikumpulkan di Kota Roma, pelajar-pelajar yang kurang lebih berjumlah 500-an ini datang dari 40 negara berbeda. Perasaan yang luar biasa, bisa sharing, berkenalan bahkan bersahabat dengan banyak pelajar dari berbagai negara. Setelah dua hari menjalani orientasi singkat, barulah kami dipertemukan dengan keluarga angkat masingmasing. Saat pertama kali aku bertemu keluarga angkatku, jujur saja aku nangis, nangis karena akhirnya bertemu juga dengan keluarga yang selama ini hanya berkomunikasi dengan via pos-el. Aku memanggil orangtua angkatku dengan panggilan Mamma dan Papà. Mereka menganggapku seperti anak sendiri juga. Aku benar-benar merasa sangat beruntung karena punya mereka. Di sini benar-benar belajar banyak, dari bahasa yang berbeda, kultur yang benar-benar berbeda. Penampilan orang orang yang berbeda, cara bicara yang berbeda, sampai makanan yang pastinya berbeda. Aku tinggal di Kota Castiglione delle Stiviere, kota kecil di Provinsi Mantua dan hanya dua jam dari Milan. Oleh karena itu, mengunjungi Kota Milan menjadi hal rutin di keluargaku, terlebih lagi karena kakek dan nenek juga tinggal di Kota Milan. Kotaku ini beda banget sama Bandung yang merupakan kota besar, hiruk pikuk kota hanya pada siang, aku tinggal dengan merasakan suasana kehidupan yang berbeda. Di sini aku bersekolah di Istituto Francesco Gonzaga. Aku ada di kelas III SMA, setara dengan kelas II SMA di Indonesia. Hari pertama sekolah begitu menegangkan, yah bisa dibilang karena aku excited dan nervous secara bersamaan. Akan tetapi, semuanya sirna setelah ketemu dengan teman-teman sekelas yang baik-baik. Mereka sangat welcome dan penasaran akan Indonesia. Karena waktu itu aku masih belum bisa bahasa Italia, mereka inisiatif mau ngajarin aku secara sukarela. Benar-benar pengalaman yang luar biasa. Semua guru-guru juga penasaran akan Indonesia. Oleh karena itu, aku punya inisiatif buat mempresentasikan Indonesia ke kelas-kelas. Presentasi aku lakukan di lima kelas berbeda beberapa minggu lalu, tentunya presentasi menggunakan bahasa Itali. Reaksi mereka tak disangka-sangka, mereka takjub akan kayanya negeri ini, dengan sebegitu banyaknya pulau dan budaya, bahkan bahasa. Bahkan, mereka bilang aku sangat beruntung karena Indonesia memiliki iklim tropis. Iklim yang kadang suka aku keluhkan ini malah ternyata sangat disukai. Mereka juga heran, kok bisa orang-orang Indonesia hidup rukun dalam perbedaan. Rasanya lega sekaligus bangga bisa mewakili Indonesia dan bisa bicara tentang kayanya negeri ini di depan orang asing. Banyak banget hal yang aku liat dan temukan untuk pertama kalinya, pertama kali kesasar, pertama kali makan pasta langsung di Italia, pertama kali buat pizza, dan yang paling berkesan saat pertama kali pegang salju. Yap! Rasanya bahagia banget.... Masih banyak hal yang aku pelajari, belajar bertahan, belajar beradaptasi, belajar mengenal diri sendiri, belajar mengontrol emosi, bahkan belajar memahami situasi. Benar-benar bersyukur bisa ada di sini dan pengalaman ini sangat amat berharga. It's not a year in a life, but it's a life in a year…. So, live it right!***

Olimpiade Kimia KATA orang, weekend adalah waktu yang tepat buat manjain diri dan melakukan hal-hal apa saja yang kita sukai. Sebagian orang milih tidur sampai siang, ada juga yang milih jalan-jalan sama keluarga atau teman, nggak sedikit juga yang milih menekuni pelajaran digemari, seperti kimia.

Y

EP, kamu nggak salah baca kok! Weekend lalu, tepatnya Sabtu (24/1/2015), puluhan teman-teman pelajar SMA/SMK/sederajat dari seluruh penjuru Indonesia memilih berakhir pekan demi mata pelajaran yang mereka cintai yaitu kimia dalam gelaran Oktan ITB 2015. Mau tau apa itu Oktan ITB 2015 dan gimana serunya gelaran tersebut? Nih, belia kasih tau deh…. Jadi, Oktan ITB 2015 adalah Olimpiade Kimia Tingkat Nasional yang digelar oleh kakak-kakak mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Meski judulnya Olimpiade Kimia, ada beberapa kegiatan lain yang disuguhkan di Oktan ITB 2015 ini. Di antaranya pameran karya dari para mahasiswa Kimia ITB, seminar motivasi buat para peserta

olimpiade, pelatihan buat para guru pendamping, dan gala dinner. Seru, kan? BTW, kru belia sempat ngobrol dengan Fadli Aprianto selaku ketua panitia Oktan ITB 2015. Doi bilang, acara ini digelar dengan tujuan memotivasi semangat belajar para pelajar se-Indonesia terutama di bidang kimia. ”Selama ini kan masih banyak yang menganggap kimia tuh menakutkan, padahal nggak kok. Malah menyenangkan, bisa diaplikasikan di kehidupan sehari-hari,” katanya. FYI, Oktan ITB 2015 ini bukan yang pertama digelar, loh! Tahun lalu juga acara yang sama digelar dan mendapat atensi yang cukup tinggi dari para pelajar se-Indonesia. Tahun ini, antusiasme para pelajar buat ikut Oktan ITB bahkan lebih tinggi, loh! Fadli bilang, ada lebih dari 1.000 pendaftar dari 20 rayon yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Nah, 11 Januari 2015 lalu, babak penyisihan digelar di seluruh rayon tersebut. Terus terpilihlah 80 orang alias 40 tim yang maju ke babak selanjutnya yang digelar di ITB pada akhir pekan lalu buat melewati babak perempat final, semifinal, dan final. Di pengujung acara, terpilihlah enam tim yang mendapat gelar juara pertama, kedua, ketiga, serta harapan I, harapan II, dan harapan III. Wah, selamat ya buat teman-teman yang berhasil menyabet gelar juara! Buat yang belum, ayo dicoba tahun depan!*** hanifauziaramadhani@gmail.com

Daftar Pemenang Oktan ITB 2015 Juara I

: Alfons Datui dan Dwi Sastro Sutandar dari SMAK Penabur Gading Serpong

Juara II

: Kelvin Johan dan Cheng Katrin dari SMA Koleseloyola

Juara III

: Ilham Zaky Wilson dan Azkia Rahmah dari SMA Kharisma Bangsa

Harapan I

: M. Wildan Hakim dan Fahmi Naufal Rizki dari SMA Kharisma Bangsa

Harapan II

: Fuad Nurtsani dan Agung Hanifianto dari SMAKBO

Harapan III

: Welly Tansil dan Elsa Yovita dari SMAK Penabur Gading Serpong

Italia, 16 Januari 2015 Ditulis oleh Velita Griselda Stamber AFS Italia 2014/2015 Twitter: @vey_griselda

”THE TREASURE OF LIFE, LEARNING.” - Lailah Gifty Akita

Pelajaran Kimia Ribet? Nyeremin? Nggak, Tuh! S

20> Skul: SMAN 2 Kota Bekasi 21> Aksi: Free Hugs 21> MusicTerritory: An Intimacy Vol. 5 21> EnsiklObelia: Komunikasi Efektif Itu Apa Sih? 21> Gaya: Kaca-kacamata 22> Review:

22>Chat: Fatur & Nadila

ETELAH nyimak kegiatan Oktan ITB 2015, belia punya info tentang gimana serunya belajar Kimia. Waktu mengunjungi gelaran keren tersebut, kru belia sempet ngobrol sama beberapa peserta Oktan yang dateng dari seluruh penjuru Indonesia. Buat sebagian orang, belajar kimia itu susah, tetapi beda halnya sama Nadia Hasanah dari SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta yang udah serig banget ikutan Olimpiade Kimia. Bagi Nadia, Kimia itu penting buat dipelajarin soalnya nih segala macam yang ada di dunia ini punya hubungan dengan Kimia. ”Chemistry is super unique, there is no life without chemistry,” begitu kata Nadia. Eits, Nadia juga sempet benci banget lho sama kimia. Cuma setelah dipelajari ternyata kimia itu seru apalagi pas praktikum, warna larutannya bisa berubah-berubah. Nadia juga berbagi tips buat kamu yang benci sama Kimia. ”Chemistry itu jangan dianggap sesuatu yang susah, sebenarnya dia itu enggak susah, cuman kita perlu pemahaman dan merelasikan itu dengan kehidupan sehari-hari. Saya mengerti kimia karena punya rasa ketertarikan,” itu tips dari Nadia. By the way, selain menyenangkan, pastinya Kimia itu punya banyak manfaat. Kalo Nadia sempet benci sama Kimia, beda halnya dengan Alfin Muhammad Abdillah dari SMAN 2 Cirebon. Cowok yang pengen banget kuliah di ITB ini dari sebelum sekolah udah resep pisan nonton film yang berbau kimia. Alhasil, waktu SMP doi jadi langganan juara pada Olimpiade Kimia selama tiga tahun berturut-turut.

Alfin bilang, buat orang yang udah nyoba belajar kimia pasti bakalan ketagihan soalnya kimia itu mudah dipelajari dan mudah dimengerti. ”Kimia juga menarik karena kita bisa tahu asal usul zat dan bila suatu senyawa digabungkan dengan senyawa yang lain tuh bakalan menghasilkan sesuatu yang berbeda. Asal usul sesuatu itu bisa dijelasin lewat reaksi-reaksi Kimia.” Itu serunya belajar kimia bagi Alfin. Satu lagi yang seru dari kimia buat Alfin. Katanya, doi pernah belajar reaksi bahan-bahan kimia pada makanan. Dengan ilmu kimia, kamu bisa tahu makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, makanan yang sehat, dan gimana reaksi makanan yang mengandung boraks. Alfin juga punya tips buat kamu. Kata Alfin, kimia itu sebenernya seru asalkan kamu menyukainya. Kalau dari awal udah mikir kimia itu absurd, ke depannya pun bakalan susah. ”Kimia itu bukan ilmu yang ujug-ujug ada, tapi bisa dijelasin dan udah ada mekanismenya,” katanya. Nah, beda lagi nih sama Steven Pratama dari SMAK Penabur Gading Serpong. Steve suka belajar kimia gara-gara penasaran. Buat cowok yang udah ngikutin Olimpiade Kimia lebih dari lima kali ini, selalu belajar dengan berimajinasi. ”Di balik rumus yang rumit itu pasti ada konsep dan ada dasarnya yang bisa kita bayangkan. Kadang kita harus berimajinasi dan beranalogi rumus ini mirip seperti apa. Dalam pembelajaran guru itu adalah sosok yang bisa membuat murid tertarik,” gitu katanya.*** rani_mulyati@yahoo.co.id

”Kesan Kamu buat Oktan ITB 2015?” Muhammad Fikri D, SMAN 1 Balikpapan kelas XII KESANNYA ya bagus aja, nambah ilmu, nambah pengetahuan kalau di luar lebih banyak yang lebih pintar dari kita. Tadi kan ada pameran jadi nambah wawasan. Aku tadi diajak keliling-keliling ITB jadi tahu deh ITB kayak gimana. Semoga Oktan tahun depan semakin sukses

Arif Abdur Rohman, SMA MTA Surakarta kelas XII KESAN dan pesannya ya alhamdulillah masuk perempat final di ITB dan ini saya tidak menyangka karena di rayon Surakarta ada rival yang biasanya di atas kita. Gak nyangka aja bisa jadi nomor satu di rayon Surakarta. Selain itu, saya juga senang karena bisa berkunjung ke ITB, apalagi saya pengen ngelanjutin kuliah di Farmasi ITB. Di sini saya juga dapat teman baru dari Depok, Banyuwangi, Bali, dan banyak lagi. Teman-teman juga baik, akrab, dan enak diajak ngobrol.

Madeline, SMAK Penabur Gading Serpong kelas XI KESAN pesan ikut Oktan ITB, ini pertama kali ikut lomba kan jadi gugup. Meskipun gak masuk ke babak final tapi tetep seneng, di sini juga ketemu banyak temen baru. Tadi juga keliling kampus jauh banget, seru, banyak hal menarik. *** rani_mulyati@yahoo.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia 27 januari 2015 by cnexus kidz - Issuu