Epaper belia 25 november 2014

Page 1

19

SELASA (PON) 25 NOVEMBER 2014 2 SAFAR 1436 H SAPAR 1948

FOTO: KEKE

P

ERNAH mendengar guru kalbu? Ya, julukan tersebut disematkan pada seorang guru yang berasal dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yaitu Ibu Een Sukaesih. Buat kamu yang belum mengenalnya, bisa coba googling dan membaca beberapa artikel mengenai dirinya, dijamin sobat semua akan merasa sedih, prihatin, sekaligus malu pada diri sendiri. Betapa tidak, di tengah kondisinya yang lumpuh dan hanya bisa berbaring, Ibu Een betul-betul “mewujud” menjadi seorang guru yang benar-benar berusaha keras mengajari anak-anak tetangganya dengan penuh ketulusan dan tanpa pamrih sedikit pun. Murni hanya menginginkan agar anak-anak didiknya bisa memahami beragam ilmu untuk bekal hidup mereka kelak. Jiwa sebagai guru telah beliau perlihatkan pada kita semua, di tengah kondisinya yang serbaterbatas. Beliau senantiasa mengajari anak-anak didiknya agar menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama, seperti yang beliau contohkan. Keterbatasan yang ada dalam dirinya tidak membatasi tekadnya untuk menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Karena, pepatah mengatakan bahwa nilai kemuliaan seorang manusia terletak pada seberapa bermanfaat dirinya bagi orang lain. Bagaimana dengan kita? apa hanya karena menumpuknya tugas yang guru-guru kita berikan setiap hari kita sudah merasa berhak untuk mengeluh? Apa hanya karena seorang guru menegur kita karena kita berbuat suatu kekeliruan kita lantas mundur dan malas pergi ke sekolah karena enggan bertemu dengan sang guru? Jika demikian adanya, mau jadi apa kita kelak? Hanya karena hal-hal yang justru jika kita kerjakan akan membuat kita pandai, cerdas, terasah, dan tahan banting di kehidupan mendatang. Contohlah Ibu Een, cobalah menjadi siswa kalbu, yaitu siswa yang senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, bertitik tolak dari dasar kalbunya, berangkat dari rasa penuh keikhlasan, diiringi tekad agar menjadi manusia yang mulia. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan penuh keikhlasan akan terasa ringan. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan tekad bulat akan dengan mudah diselesaikan. Untuk itu, demi masa depan kita sendiri, mulailah mensyukuri apa yang telah guru-guru kita lakukan untuk kita. Seperti halnya menjadi pelajar, sesunggguhnya untuk menjadi guru pun tidaklah mudah. Mungkin guru kita pun memiliki segudang permasalahan sebagai manusia biasa, Namun, mereka semua tetap konsisten mengajari kita banyak hal. Sudah waktunya kita berterima kasih kepada semua guru kita. Karena melalui perantaraan kerja keras mereka, kita bisa menjadi seperti sekarang ini. Sudah saatnya kita menjadi siswa siswi kalbu, mengerjakan semua tugas sebagai pelajar dengan didasari nilai-nilai kalbu. Ikhlas, tak kenal lelah, konsisten, serta pantang menyerah. Selamat Hari Guru dan selamat menjadi siswa-siswi kalbu!***

Quotes

Shilah Fiani I, SMP Kemala Bhayangkari Bandung.

DI Indonesia, 25 November ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional. Yep, tepat pada hari ini! Hayooo…. Apa yang kamu lakukan buat memperingati Hari Guru Nasional? Kasih hadiah kecil atau sekadar mengucap terima kasih pada guru favoritmu mungkin bisa jadi alternatif sederhana yang oke. Hmmm…. Selain itu, kayanya hari ini juga merupakan momen yang tepat buat mengingat kembali sejarah Hari Guru Nasional deh. Buat kamu yang lupa atau bahkan nggak tahu, nih simak aja sejarah singkat Hari Guru Nasional yang belia himpun dari berbagai sumber!

J

ADI nih ceritanya, pada 25 November 1945 silam, lahir organisasi yang bernama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). FYI, PGRI ini bukan organisasi guru pertama di Indonesia, loh! Sebelumnya ada Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) di tahun 1912 yang kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada

Guru Ideal Menurutmu Seperti Apa Sih?

1932. Pada masa berjayanya PGHB, meski saat itu Indonesia sedang dijajah bangsa Belanda, para guru pribumi sudah punya kesadaran kebangsaan dan semangat juang yang tinggi. That’s why, para guru dengan didampingi PGHB kala itu sudah berusaha mengusahakan persamaan hak dan posisi dengan orang-orang Belanda. Sampai akhirnya PGHB ini berubah nama jadi PGI yang cukup mengejutkan pihak Belanda. Gimana nggak mengejutkan, penyematan embel-embel “Indonesia” di nama organisasi guru ini adalah tindakan sangat berani yang tentunya nggak disenangi Belanda. Sebaliknya, bagi para guru yang tergabung di organisasi ini, perubahan nama tersebut adalah bentuk penegasan semangat kebangsaan. Keren, kan? Pada zaman pendudukan Jepang, seperti organisasi lainnya, PGI dilarang beraktivitas. Nah, barulah setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, digelar Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Sebagai penghormatan kepada para guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI pada 25 November sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahunnya!***

Siti Shabira, SMAN 14 Bandung GURU ideal tuh yang cara ngajarnya beda dari yang lain dan gampang dimengerti, trus yang enak diajak ngobrol atau sharing, dan yang liatnya dari proses selama kita belajar bukan dari nilai.

Yonatan Kristianto, SMAN 22 Bandung

hanifauziaramadhani@gmail.com

Guru Ideal Masa Kini

S

ETELAH ngebahas sejarah, sekarang kita bahas yang masa kini yuk! Ngomongngomong soal guru, siapa di sini yang suka bikin list guru-guru di sekolahnya, tentang guru yang paling baik, paling favorit, sampai paling killer? Hayoo, ngaku! Hehehe.... Di belakang kategori-kategori itu, kamu pasti punya kriteria-kriteria guru idaman dong? Nah, kru belia sempet ngobrol sama beberapa siswa sekolah nih tentang guru idaman mereka, salah satunya Kalia Nisrina dari SMAN 25 Bandung. Menurut cewek berambut pendek ini, guru ideal buat masa sekarang itu guru yang bisa mengikuti perkembangan zaman. ”Ya, misalnya kayak sekarang teknologi udah canggih. Nah, dalam pemberian tugas juga guru itu bisa memanfaatkan kemajuan teknologi. Terus anak-anak zaman sekarang kan kadang suka kecanduan teknologi, misalnya main game dan bermain gadget canggih, jadi malas belajar. Dari situ cara belajar pun harus disesuaikan, jadi lebih ada interaksi antara siswa dan guru, jadi guru bukan sekedar menerangkan, guru juga harus pandai pandai melihat mood siswanya. Misalnya bikin game yang berhubungan sama pelajaran, biar gak bosan,” ujar Kalia panjang lebar. Yakin deh kayaknya pada setuju sama pendapat di atas. Salah satu yang satu suara itu Yollanda Ambarriny. Menurut siswi kelas XI di SMAN 10 Bandung ini, guru idaman itu adalah guru yang bisa bikin nyaman, enggak ngebosenin waktu lagi ngasih materi, juga gak bikin ngantuk cara ngomongnya. Selain itu, kata Yolla, guru idaman itu gak boleh

kaku. “Jangan terlalu kaku, harus ngikutin zaman gitu lah. Kayak sekarang lagi zamannya internet. Nah, gurunya tuh harusnya ngebolehin muridnya ngegunain fasilitas internet buat ngerjain tugas,” ujar Yolla. Hmmm, ternyata itu toh pendapat dari sobat-sobat Belia. Kalau dari sisi gurunya gimana ya? Guru itu katanya memang harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi sekarang ada kurikulum 2013 yang memang menuntut peran aktif guru dan siswa. Menurut Ibu Lilis Suryani, guru di SMPN 5 Cimahi, guru juga harus berusaha memberikan yang terbaik. “Berusaha mendidik secara optimal, baik

dari segi mental maupun materi. Dari segi mental itu supaya siswa siap menghadapi tantangan, dari segi ilmu pengetahuan dan keterampilan agar siswa siap berkompetisi di masa yang akan datang,” tutur Bu Lilis. Wah, ternyata sehati ya para siswa dan guru. Siswa pengennya guru yang begini, eh ternyata para guru juga sedang menyiapkan diri biar jadi guru ideal masa kini. Jangan lupa juga, kebebasan yang diberikan guru itu harus dapat kita pertanggungjawabkan, lho. Kalau dibolehin pakai internet untuk bikin tugas, jangan malah copy-paste doang ya! Hehehe. *** dhianynadya@gmail.com

GURU yang bisa dibawa asyik, yang nggak terlalu serius banget, umurnya masih muda biar kalau ngobrol bisa nyambung sama kita, terus ngerti kehidupan anak muda zaman sekarang, jadi pengertian gitu.

Erika Kurniyanti Putri, SMAN 20 Bandung GURU yang ideal itu yang bukan nuntut buat jadi apa yang guru itu pengenin, tapi yang bisa ngebimbing muridnya jadi apa yang dia pengenin terus yang bisa ngertiin kekurangan masing-masing muridnya, kalo semua murid itu beda-beda potensinya.

Selvi Suryani, SMA Labschool UPI SOSOK guru yang ideal itu menurut aku sih guru yang bisa bikin muridnya nyaman diajar sama guru itu, yang ngertiin muridnya, terus guru yang tegas gitu hehehe. ***

Indeks:

g_tanjung@yahoo.com

20> Skul: SMK Negeri 3 Baleendah

21> MusicTerritory:

21>AKsi:

Bhinneka Tunggal Ika Movement 2014: Big Bang Show

”My Name Is Indonesia”

21>Gaya: Tetap Keren di Musim Hujan

22> Chat: Sheryl Sheinafia


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia 25 november 2014 by cnexus kidz - Issuu