17
SELASA (PON) 19 MEI 2015 1 SABAN 1436 H REWAH 1948
Br onze W inner Bronze Winner The Best of Java Newspaper IYRA 2015
Terima Terima Kasih Pembaca Belia!
LEMBARAN KHUSUS REMAJA FOTO: RANI & AGNIA
mereka juga bisa berkarya
”Gimana sih caranya kamu berani tampil di depan umum?"
Knowledge is Power, but
Character is More…
S
ERING kali kita panik jika kita tidak bisa memahami suatu soal matematika, fisika, atau pelajaran lainnya, hingga kita berusaha mencari tahu bagaimana caranya mengerjakan soal tersebut. Akan tetapi, kita tidak pernah panik saat melihat ayah kita kelelahan seusai mencari nafkah sedangkan ibu tampak merenung, berpikir keras, memikirkan solusi keuangan keluarga. Kita hanya acuh tak acuh tanpa menunjukkan rasa empati sedikit pun. Sering kali kita pun merasa kesal pada teman yang bisanya hanya menyontek PR atau teman yang bisanya hanya bertanya minta jawaban saat ulangan, tetapi kita sendiri pun lupa berterima kasih pada ayah dan ibu yang sudah mengajari kita semalaman, atau ayah dan ibu yang telah berusaha memasukkan kita ke lembaga bimbingan belajar hingga kita bisa menyelesaikan PR atau soal ulangan tersebut. Kita merasa kita pintar karena usaha kita sendiri, tak menyadari adanya bantuan pihak lain. Di perjalanan sepulang sekolah sering kali kita sambil duduk di dalam bus, kita asyik membuka-buka kembali pelajaran yang tadi dibahas agar kita makin pandai, sambil ngemil jajanan lalu membuang sampahnya ke kolong kursi, juga kita mengabaikan kehadiran seorang ibu hamil atau bapak/ibu yang sudah tua yang berdiri dekat kursi kita karena tidak kebagian kursi, dan kita tidak merasa bersalah saat kita tidak menawari beliau untuk duduk di kursi kita karena kita merasa kitalah yang masuk ke bis lebih dulu. Pantaskah semua itu? Bercita-cita menjadi orang yang pandai, orang yang berilmu tinggi, tidaklah salah. Bahkan menjadi orang pandai akan lebih baik daripada orang yang bodoh. Namun, ada satu hal yang perlu kita sadari, kepandaiaan yang harus dimiliki seseorang terlebih kita sebagai generasi penerus kepemimpinan bangsa ini, tidaklah melulu hanya berkutat pada kepandaian ilmu-ilmu teoretis semata, tapi kita pun harus memiliki karakter-karakter positif yang kuat. Pernah melihat film-film legenda kungfu? Bukankah dalam film itu digambarkan bahwa sebelum seorang murid pantas menerima beragam ilmu kungfu ia harus terlebih dulu memiliki karakter yang positif sebagai manusia, yaitu mau berbagi, rendah hati, pandai berterima kasih, mau bersabar, tekun, serta memilki rasa empati lainnya. Bahkan sang legenda Bruce Lee pun menegaskan dalam buku yang bercerita tentang pengalaman dirinya bahwa ”knowledge is power, but character is more”. Pengetahuan memang bisa menjadi sumber kekuatan, tetapi karakter positif yang dimiliki seseorang akan memberikan kekuatan yang jauh lebih besar. Bayangkan saja, seseorang yang pandai tapi tidak mau berbagi dan tidak mau berempati, tentu ia akan dibenci banyak orang karena cenderung egois, hingga sehebat apa pun ide-idenya, karena tidak ada yang mendukung, idenya pun akan mati tak terwujud. Lain halnya dengan seseorang yang pandai juga memiliki karakter positif yang baik, tentu ide-idenya akan sukses karena banyaknya dukungan dari yang lain hingga idenya semakin memberi manfaat yang besar bagi banyak orang. Jadi, marilah kita tuntut ilmu setinggi langit tanpa melupakan mengasah karakter kita dengan membiasakan tindakan-tindakan positif yang sederhana seperti berterima kasih, meminta maaf, mau berbagi, rendah hati, membuang sampah di tempatnya, dan hal-hal sederhana lainnya. Mari kita sukseskan Hari Kebangkitan Nasional ini dengan kebangkitan karakter-karakter kita yang positif !*** Syifa Tirana, SMPN 28 Bandung
”WHEN YOU HAVE A DISABILITY, KNOWING THAT YOU ARE NOT DEFINED BY IT IS THE SWEETEST FEELING.” - Anne Wafula Strike
PA yang ada di benak kamu ketika mendengar kata ”disabilitas”? Disabilitas atau orang dengan kebutuhan khusus, bila merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997, adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan aktivitas secara selayaknya. Ngomongin disabilitas, selama ini masyarakat cenderung memandangnya sebelah mata, bahkan teman-teman penyandang disabilitas atau difabel selalu dianggap sebagai kaum yang rendah, terbatas, dan tidak perlu diperhitungkan kemampuannya karena keterbatasan fisik ataupun mental. Diskriminasi ini mengakibatkan temanteman difabel menjadi minder bahkan malu untuk tampil dan berbaur dengan masyarakat. Dampak lain dari adanya diskriminasi adalah membuat teman-teman difabel menjadi terhambat dalam berkarya dan berkreasi, padahal di balik kekurangannya, mereka memiliki kemampuan dan talenta yang luar biasa. Tengok saja Rio Hardiyanto, seorang siswa SLB Negeri Cicendo Kota Bandung yang punya segudang prestasi. Meskipun menyandang tunarungu, Rio berhasil menunjukkan bakat yang dimiliki baik di bidang musik, olah raga, maupun akademik. Rio selalu menjadi juara di ajang kejuaraan olah raga, modeling, bahkan olimpiade mata pelajaran. Perasaan tidak percaya diri sempat menghampirinya, tetapi karena dukungan dari orang terdekat Rio tidak lagi minder. Untuk bisa tampil di depan umum memang bukan perkara mudah, dibutuhkan latihan dan yang terpenting adalah kepercayaan dari masyarakat.
A B
”
Sebagai manusia, teman-teman difabel juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan aksesibilitas seperti tercantum dalam butir kelima Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Enggak hanya itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 pasal 5 juga disebutkan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Bahkan hak untuk menumbuhkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosial pun tercantum pada pasal ini. Berdasarkan hasil obrolan kru belia dengan Wakasek Kesiswaan SLB Negeri A Kota Bandung Pak Edi Ali dan Wakasek Kesiswaan SLB Negeri Cicendo Bu Dedeh, kendala terbesar yang dihadapi teman-teman difabel untuk berkarya dan tampil di atas panggung adalah minimnya kesempatan dan dukungan dari masyarakat. Padahal, bila access to justice ini benar-benar diberikan, pasti teman-teman difabel akan semakin percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Menurut Pak Edi, ada dua hal yang harus dilakukan agar teman-teman difabel mau dan berani tampil di depan umum, yaitu monitor skill atau mengarahkan kemampuan yang dimiliki dan memberikan motivasi serta dukungan secara psikologis agar mereka tetap enjoy. Pak Edi juga berpesan kepada teman-teman difabel agar berani untuk tampil dan jangan menjadikan kekurangan sebagai keterbatasan melainkan harus dijadikan suatu kelebihan.***
Ngomongin disabilitas, selama ini masyarakat cenderung memandangnya sebelah mata...
”
Delia AKU kan emang suka nyanyi jadi aku menyalurkannya dengan bernyanyi dan memperlihatkan kemampuan kita enggak cuma di SLB tapi juga di luar SLB. Aku juga sempet tampil di acara kerja sama antara SLBN A dan SMPN Bale Endah.
Rio Hardiyanto AKU sih caranya dengan bergaul dengan temen-temen yang lain terus aku juga ikutan berbagai kegiatan kayak pantomim, modeling, dan lomba lari. Waktu kecil juga aku pernah ikutan kegiatan menari.
Dian Wardiana BERANI tampil di depan umum sih karena udah terbiasa, jadi ya enjoy aja pas main di atas panggung meskipun bertemu dengan lingkungan baru dan harus adaptasi. Awalnya emang ngerasa grogi apalagi waktu pertama kali, tapi ya ngelatih mental juga biar terbiasa menghadapi publik dan orang banyak karena kalau enggak seperti itu kita enggak bisa menunjukkan kepada orang kalau kita bisa dan kita mampu.
Dikdik Sadikin JANGAN ngedumel tetep senyum aja. Bisa tampil percaya diri di depan umum ya karena saya percaya bahwa diri saya bisa dan aku pasti bisa. Tidak boleh minder, minder itu tidak baik dan kita harus bergaul. *** agniahadini@yahoo.com rani_mulyati@yahoo.co.id
rani_mulyati@yahoo.co.id
Access to Justice, Hadirkan Aksi Panggung Para Penyandang Disabilitas
S
ETIAP manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tak terkecuali juga buat penyandang disabilitas. Kekurangan enggak jadi penghalang lho buat mereka untuk bisa menunjukkan kemampuannya. Yup, hal itu juga yang kru belia lihat di event ”Access to Justice”, charity music concert for children with disabilities yang digelar oleh barudak Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung. Bertempat di Teater Tertutup Dago Tea House Bandung, Kamis, 14 Mei 2015, anak-anak dari SLB Negeri Cicendo Bandung ini menjadi pembuka acara dengan menampilkan permainan angklung. Dengan berbalut kostum kebaya putih dan pakaian pangsi, anak-anak ini menunjukkan kebolehannya bermain angklung dengan melantunkan lagu nasional ”Indonesia Raya”, ”Manuk Dadali”, dan ”Aku Pasti Bisa” yang dipopulerkan Citra Scholastika. Hebatnya, dari penampilan mereka ini, walaupun semua anak SLB Cicendo adalah penyandang tunarungu, tetapi mereka tetap bangga dan percaya diri menampilkan permainan angklung. Enggak cuma anak-anak SLB Cicendo aja yang tampil di acara ini, anak-anak SLB Negeri A Kota Bandung atau yang lebih dikenal dengan SLB Padjadjaran juga hadir buat nunjukin kemampuannya. Enggak tanggung-tanggung, di event ini mereka bahkan menunjukkan kebolehannya bermain band. Musik yang dibawakan juga unik, soalnya
18> Skul: SMK Informatika Karya Budi 19> MusicTerritory:
mereka memadukan musik pop dan tradisional dari gitar, bas, drum, keyboard, suling, kendang, dan gamelan. Kerennya, walaupun mereka punya kekurangan dalam hal pengelihatan tetapi permainan mereka enggak kalah sama orang ”normal” lainnya. Selain ngeband, barudak SLB Padjajaran ini juga menunjukkan kehebatannya lho bermain suling secara grup alias rampak suling. Terus ada juga penampilan spesial dari Urba, salah seorang penyandang disabilitas yang berkolaborasi dengan guest star di acara ini yaitu Hoolahoop. Dengan suaranya yang tinggi, Urba bersama Hoolahoop berhasil membuat penonton terpesona setelah keduanya menyanyikan lagu ”Hari untuk Berlari”. Sebenernya nih, menurut Aris, vokalis Hoolahoop, kolaborasi antara Hoolahoop dan Urba ini enggak pake latihan. Makanya Hoolahoop kaget banget pas lihat respons penonton yang excited. ”Ini keren banget dan di luar ekspektasi saya, suaranya Urba juga bagus banget. Kita seneng dan bangga banget bisa berkolaborasi sama Urba. Ini charity yang paling ngena karena kita bisa kolaborasi sama mereka,” kata Aris. Sama kayak Aris, Urba juga bangga banget bisa berkolaborasi bareng Hoolahoop. Menurut Urba, walaupun dirinya tunanetra tetapi ia tetap mampu untuk tampil di atas panggung. ”Nikmatin aja kalau kita tampil di depan
19> Gaya: Santai Pakai Harem Pants
1. Helarfest 2015: Lightchestra 2. MK3Butes: Masterpiece
20> Review:
panggung, kalo kita nervous anggap aja penonton itu nggak ada jadi panggung milik kita. Terus walaupun dengan keadaan seperti ini anggap aja kita itu sama kayak yang lain,” kata Urba. Anyways, acara Access to Justice ini merupakan acara tahunan dari Fakultas Hukum Unpas. Acara ini mengambil tema Access to Justice: Sama Rasa-Sama Rata dengan tujuan untuk menyamaratakan antara kaum yang normal dan penyandang disabilitas agar enggak dianggap sebelah mata. Selain menampilkan pertunjukan dari anak-anak difabel, acara ini juga menghadirkan guest star seperti Hoolahoop, Fiersa Besari, Endah N’ Resha, dan Payung Teduh.*** agniahadini@yahoo.com
20> Chat: Beside