19
SELASA (WAGE) 17 SEPTEMBER 2013 11 ZULKAIDAH 1434 H HAPIT 1946
Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: STEFANNO
BM
“
ENGAPA ini harus proses hukum? Saya kira besar sekali manfaatnya. Ini untuk efek jera agar remaja-remaja yang lain, yang umurnya masih muda itu, tidak semata karena orang tuanya mampu lalu mereka membawa kendaraan. Apalagi tidak dilengkapi dengan SIM,” kata Hamidah Abdurrachman, komisioner Komisi Kepolisian Nasional. (Pikiran Rakyat, Selasa, 10/12/2013) Selama sepekan terakhir, wajah pemberitaan di media massa masih ramai mewartakan perihal kasus kecelakaan maut di tol Jagorawi yang melibatkan AQJ, anak dari seorag musisi terkenal Indonesia. Tercatat tujuh orang tewas dalam peristiwa ini. Insiden kecelakaan yang menimpanya pun sontak membuka mata kita semua. Gimana nggak? Ternyata realitas yang terjadi saat ini ya memang seperti itu: begitu bebasnya anak-anak di bawah umur untuk berkendara di jalan umum dengan tanpa SIM dan dampingan orang tua. Tanpa adanya pengawasan, mereka bisa dengan leluasa mengebut dengan kecepatan super yang tentu saja nggak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga jiwa orang lain. “Anak SMP sekarang banyak yang membawa kendaraan sendiri. Menurut saya, ini nggak lazim karena menurut kebijakan pemerintah, syarat mengendarai kendaraan harus di atas 17 tahun dan itupun harus punya SIM. Orang tua juga cukup banyak yang mengizinkan, namun nggak semua
Hidup Lebih Sehat, Lebih Aman, dan Lebih Amanah
M
ENEMPUH perjalanan dari rumah ke sekolah atau sebaliknya atau bepergian ke mana pun menggunakan kendaraan pribadi memang terasa lebih menyenangkan. Selain bisa memilih jalur sendiri, kita pun bisa mengatur sendiri kecepatan laju kendaraan kita. Lain halnya jika kita naik angkutan umum, tentu laju kecepatan kendaraan tersebut, sopirlah yang mengatur, dan jalur pun sudah ada ketentuannya. Belum lagi suasana di dalam angkutan umum yang disesaki oleh penumpang dengan bermacam-macam tabiat, sungguh membuat kita harus bersabar diri. Jika usia kita belum memenuhi syarat untuk memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), walaupun sudah piawai mengendarai kendaraan bermotor, tentu kita tidak bisa seenaknya menggunakan kendaraan tersebut ke mana pun kita mau. Akan lebih baik jika jarak tempat yang kita tuju tidak terlalu jauh, cukup berjalan kaki saja, atau naik sepeda. Anggap saja sambil berolahraga. Selain badan akan jadi sehat, kita pun jadi tidak melanggar aturan negara mengenai ketentuan SIM, serta lebih aman karena tidak harus mengendalikan laju kendaraan. Jika dihubungkan dengan kondisi udara yang kini semakin tercemar oleh asap kendaraan bermotor, sehingga semakin membuat tipis lapisan ozon, dengan meninggalkan kendaraan bermotor, itu berarti kita pun telah ikut menjaga kelangsungan kehidupan di bumi ini. Ini berarti kita telah amanah dalam menjaga bumi ini. Jika jarak tempuh tempat yang kita tuju cukup jauh, gunakanlah angkutan umum. Selain mengurangi kemacetan karena mengoptimumkan angkutan massal, juga melatih kemandirian kita. Seperti kemandirian dalam mengamankan barang-barang bawaan kita, kemandirian dalam memutuskan untuk memilih angkutan umum yang jalurnya sesuai dengan kepentingan kita, serta kemandirian didalam memutuskan naik atau turun dilokasi mana yang dekat dengan tempat tujuan kita. Kemandirian-kemandirian tersebut akan membuat sehat otak kita, karena membiasakan diri untuk senantiasa berkonsentrasi, serta berpikir untuk membuat keputusan-keputusan. Bagaimanapun pandainya kita mengendarai kendaraan bermotor dan postur tubuh kita telah tumbuh menjadi seseorang yang tinggi serta tegap hingga mampu menguasai kendaraan bermotor, jangan pernah memaksakan diri untuk mengendarainya selama belum memiliki SIM. Usia kita yang belum mencukupinya. Kesehatan, keamanan, dan memegang teguh amanah merupakan hal-hal yang lebih penting yang harus selalu kita jaga daripada sekadar berkendaraan tanpa memiliki SIM.***
pelajarnya. “Sekolah dan keluarga harus solid dan konsisten dalam mendidik anak agar mampu membedakan mana yang baik dan benar. Pendidikannya nggak bagus kalau membiarkan anak-anak (membawa kendaraan tanpa memiliki SIM),” ujar Pak Wahyudin seperti dilansir oleh PRFM News Channel, Kamis, (13/9). Kalau kamu search tagar #speedometer di Instagram, hmm lebih miris lagi! Coba lihat bagaimana ribuan remaja mengunggah foto-foto ketika speedometernya menunjukkan angka kecepatan tinggi. Bahkan ada yang mencapai 200 km/jam! Bisa dibayangin nggak sih seberapa besar potensi bahaya yang bakal terjadi? Salah satu contoh lain adalah kasus kecelakaan Dwigusta Cahya yang menewaskan satu keluarga asal Cilacap di Tol Purbaleunyi pada April silam. Pascakejadian tersebut, muncullah kehebohan karena di akun Instagramnya, sang tersangka sempat mengunggah foto speedometernya yang mencapai 160 km/jam.
VoxPop VoxPop
"Butuh kematangan tanggung jawab dan biasanya anak remaja belum mantap, emosi masih labil, di jalan masih suka panas jika ada yang menyalip mereka. Kemudian dari sisi tanggung jawab dan konsekuensinya mereka belum paham," ungkap Fitriani Yustikasari Lubis, SPsi, M Psi, dosen Psikologi Unpad Aksi anak mengendarai kendaraan bermotor sendiri karena nggak ada larangan keras dari orang tua. "Sebenarnya anak seringkali sudah diperingati, tapi tetap mencuri kesempatan, harusnya dibuat jera. Kenyataannya tidak. Harusnya ada batasan dan sanksi yang jelas. Misalkan baru kelas 1 SMP, ibunya bilang belum boleh, tapi kalau coba-coba naik punya temennya, dan nggak betul-betul dikasih sanksi, anak cuma melihat ini hanya omongan sebentar saja," ujarnya. By the way, memang nggak ada yang salah kok kalau kita udah bisa menyetir kendaraan, tapi bakalan jadi masalah besar kalau sampai mengendarainya di jalan umum dengan mengebut, usia di bawah umur, dan tanpa SIM pula. Lantas ini jadi tanggung jawab siapa? Banyak. Terutama sih orang tua karena dengan menerapkan pola asuhan yang benar, anak pun tidak akan berani macam-macam. Kita sebagai pelajar pun mesti tahu batasan, menaati hukum yang berlaku, dan nggak mengedepankan ego pribadi. Kalau udah celaka bakal banyak pihak yang dirugikan. So, be wise! ***
orang tua seperti itu karena di sisi lain punya rasa khawatir kalau anaknya berkendara tanpa SIM,” tutur Bu Novita, staf kesiswaan SMA Darul Hikam. Ia pun nambahin, jangankan siswa SMP, pelajar kelas X di sekolahnya pun nggak dibolehin bawa kendaraan. Kalau udah kelas XI dan XII baru boleh dengan syarat udah cukup umur. “Menurut psikologis anak, remaja adalah masanya bersenang-senang, nggak memikirkan risiko, dan pemikiran masih labil. Tahap remaja juga suka memacu adrenalin dan rasa ingin tahu dan mencobanya tinggi. Jadi kalau udah diperbolehkan bawa kendaraan sendiri, akibatnya mereka senang kebut-kebutan tanpa mikirin risiko,” kata Bu Novita. Dalam hukum memang udah jelas banget tercantum kalau anak yang belum cukup umur nggak bisa punya SIM, apalagi mengemudikan kendaraan. Kadisdik Jabar, Wahyudin Zarkasyi, bahkan bilang setuju banget kalau polisi menggelar razia di dekat sekolah. Malah kalau perlu sampai masuk sekolah supaya nggak ada siswa tanpa SIM yang bawa kendaraan. Orang tua pun diharapkan lebih tegas karena memberikan izin berkendara tanpa SIM sama aja dengan ngasih senjata. Ia juga meminta seluruh sekolah di Jabar untuk lebih ketat lagi mengawasi para
Al Qadr, Kelas VIII, SMPN 3 Rancaekek
Quotes
siswanti.hanifa@yahoo.co.id stefannors@hotmail.com
Perlu Enggak Sih Nyetir Sendiri?
Macherie Handriana, SMAN 15 Bandung KAYAKNYA dibiarkan aja deh kalau yang bawa motor ke sekolah, tapi yang bawa mobil dan nggak punya SIM ya nggak boleh. Zaman sekarang anak SMP aja udah banyak yang bawa motor berarti orang tua mereka juga mengizinkan tanpa SIM kan. Menurut aku, anak-anak zaman sekarang yang bawa mobil dan umurnya masih jauh dari prasyarat dapat SIM sih kayaknya cuma gaya-gayaan aja. Soalnya kelihatan keren karena masih kecil tapi udah bisa bawa mobil.
Royani Aliyah Hasbullah, SMA Sumatera 40 BAWA kendaraan tuh memudahkan transportasi kalau mau ke rumah teman dan sekolah, tapi memang sih harusnya belum boleh. Hehehe. Hampir 70 persen teman di sekolah bawa kendaraan sendiri dan kalau dari pihak sekolah sih cuma dilarang terlibat geng motor aja. Orang tua teman-temanku sih pada ngebolehin anaknya bawa motor, tapi papaku sendiri nggak ngebolehin karena belum punya SIM. Lagi pula kata beliau, emosi anak seumuran aku masih belum bisa terkontrol, takutnya kalau lagi marah ya kebut-kebutan.
Heru, SMKN 1 Serang MENURUT saya sih selagi tidak dilakukan untuk hal negatif, mengapa tidak diperbolehkan? Contohnya banyak pelajar khususnya SMA yang mengandalkan kendaraan bermotor untuk bersekolah seperti saya. Apabila pelajar tersebut belum waktunya mendapat SIM ya mau tidak mau harus beralih ke kendaraan umum. Seperti yang kita tahu sejak kenaikan harga BBM, ongkos angkutan umum pun naik. Nah dari situlah yang membuat saya sebagai pelajar kewalahan sekali untuk memilih nggak berkendara atau bawa kendaraan sendiri, terutama kalau lihat isi kantong pelajar. ***
Indeks:
siswanti.hanifa@yahoo.co.id
Bawa aku, bawalah nyawa di daging ini. Kilat meroket laju isi bensin penuhi.
Netral - Ngebut
20> Skul: SMK Negeri 2 Subang
21> Cerpen Keren: Nightmare
21> MusicTerritory: - Witching Hours Vol. 2 - 3rd Journal - Launching Vinyl 7” Avhath dan Haul
21> Aksi: - Pekan Seni Budaya Jabar 2013
22> Review: 22>Chat: White Shoes & The Couples Company