Epaper belia Edisi 13 Mei 2014

Page 1

19

SELASA (PAHING) 13 MEI 2014 13 RAJAB 1435 H RAJAB 1947

Facebook: www.facebook.com/beliapr

Twitter: @beliapr

E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

FOTO: KEKE

Mari Mengenal

"Tahukah Kamu Apa Itu Penyakit Lupus?" Irfan, SMAT Krida Nusantara

S

Bukan Nilai yang Utama K

ITA tidak ingin nilai kita kecil? Tidak mau remedial? Tidak mau terlihat menjadi orang bodoh apalagi kalau ada seseorang yang kita suka. Apa yang harus kita lakukan? Anak kecil pun bisa berkata, “Ya belajar”. Perkataan yang dipikirkan anak kecil tersebut pasti bisa dikatakan oleh anak remaja. Tapi apa mungkin kita ilmunya sama dengan anak kecil? Tentu tidak kan. Anak kecil berkata belajar dan seharusnya anak remaja tidak cukup berkata, tetapi bertindak dalam hal positif. “Sudah belajarkah kita?” Beribu alasan pun terucap dengan sepontan. Malas, sibuk main, ketiduran, lupa. Kebiasaan tersebut sangatlah merusak masa depan kita yang kita impikan. Alasan tersebut sudah tidak zaman lagi untuk saat ini, yang lagi zaman pada saat ini yaitu, “ menuliskan tugas sekolah di buku kecil”. Dengan kegiatan tersebut, kita bisa mengerjakan semua tugas kita sebagai pelajar. Itu sangat simple untuk salah satu cara sukses. Sering kali yang dipikiran para pelajar hanya nilai yang memuaskan untuk mendapatkan perhatian dari setiap orang terutama orang tua. Ketika ada ulangan mendadak, terkadang beberapa orang panik karena belum mempersiapkannya. Akhirnya, jalan pintas yang membuat diri kita menjadi “pengecut” pun dijalani. Jika ulangan mendadak tersebut terjadi, pasti kita dapat membedakan mana anak rajin, mana anak “pengecut”. Anak rajin pastinya tenang dalam mengerjakan ujian, sedangkan anak “pengecut” sibuk mencari-cari jawaban. Ada yang searching lewat HP, nanyain teman dan lain-lain. Lebih bangga hasil sendiri daripada hasil nyontek. Anehnya jika anak rajin bahagia karena telah menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Para anak “pengecut” berbicara, “biasa aja kali aku juga bisa.” Mana kata bisa tersebut, jika anak pengecut tersebut belajar pasti merasakan kebahagiaan yang dirasakan anak rajin. Nilai anak pengecut memang bisa tinggi dengan hasil nyontek. Tetapi bagaimana dengan nasib para anak rajin? Yang bisa tergeser peringkatnya? Untuk anak yang rajin tenang saja, pasti kita lebih sukses daripada anak pengecut. Banyak universitas maupun perusahaan yang masih membutuhkan anak seperti kita yang memiliki kejujuran. Oleh karena itu, sebelum penerus bangsa memiliki akhlak yang rendah, terutama para pelajar. Biasakanlah berbuat jujur dan jadwalkan tugas-tugas kita dengan efektif. Ingat sobat, nilai bukanlah yang kita raih, tetapi proses dan ilmu yang dapat memberikan manfaat terhadap orang lain. Jika masa depan kita hancur karena ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan kita, bayangkan seberapa sedihnya orangtua kita?*** Risma Siti Aisyah , SMAN 24 Bandung

mukan, loh! Tetapi terdapat beberapa faktor risiko yaitu genetik (keturunan) dan lingkungan yang menyebabkan seseorang menyandang penyakit ini. Faktor lingkungan yang diperkirakan sebagai penyebab adalah obat-obatan, racun, makanan, dan sinar matahari. Gejala penyakit ini sangat beragam, oleh karena itu dokter terkadang sulit untuk mendiagnosis lupus. Biasanya, penyandang penyakit ini merasa lemah badan, demam, dan nyeri pada sendi dan otot. Kadang gejala ini disalahartikan dengan flu yang berulang. Si Luppy punya tiga bentuk, yaitu Cutaneus Lupus, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), dan Drug Induced Lupus (DIL). Cutaneus Lupus sering disebut discoid yang memengaruhi kulit. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) menginfeksi organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, hati, otak, dan saraf, sedangkan Drug Induced Lupus (DIL) terjadi karena penggunaan obat-obatan tertentu. Remaja Harus Peduli Wini, seorang siswa berusia 13 tahun, didiagnosis menderita lupus sejak Juli 2013 silam. Ia pun harus menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan untuk menimimalkan kemunculan ruam merah di wajahnya. Meskipun jadi sering nggak masuk sekolah, prestasi Wini amat membanggakan karena ia masuk ke dalam jajaran 5 besar di sekolah. Ada lagi Ayu Gandini, siswa kelas 2 SMP Pangalengan 3 yang didiagnosis lupus sejak 2009 silam. Bahkan, ia sempat setahun nggak sekolah karena menjalani perawatan, tetapi tetap naik kelas karena punya kecerdasan di atas rata-rata. Saat ini ia pun masuk jajaran ranking 3 besar dan aktif di ekskul kesenian. Awalnya ketika tahun 2007, Ayu tifus dan setahun kemudian kambuh. Setelah memeriksakan ke rumah sakit, ketahuanlah kalau Ayu positif Lupus. “Ketika harus dikemoterapi, ibu sempat panik juga karena takut kenapa-kenapa. Tapi kami nggak putus asa dan sekarang kemonya sudah selesai. Perawatan tetap dijalani dan percaya saja dengan pertolongan Allah. Alhamdulillah justru Ayu jarang sakit, palingan pilek sebentar,” ujar Bu Eli, ibu dari Ayu. Ayu tumbuh jadi cewek yang berse-

mangat tinggi. Bahkan, kalau sang ibu udah melarang agar jangan terlalu capek, Ayu justru malah makin semangat. “Ia selalu bilang ‘Biarin divonis Lupus juga da Ayu mah percaya ke Allah.’ Alhamdulillah dengan perawatan yang baik, Ayu juga pertumbuhannya baik, rambutnya bagus, dan punya daya ingat yang kuat. Intinya sih jangan patah memberikan semangat,” tutur Bu Eli. Belia sempat ngobrol dengan Teh Rini Andhariyani dari Yayasan Lupus Indonesia, katanya remaja itu harus aware terhadap lupus sejak dini. Soalnya nih penyakit lupus banyak dialami oleh manusia, terutama wanita yang ada dalam usia produktif. Nah, kita yang remaja itu kan sudah masuk dalam usia produktif, makanya remaja sangat penting untuk aware dan tahu informasi (gejala-gejala) lupus. “Terlebih lagi pada usia remaja mereka memiliki banyak kegiatan sementara salah satu pemicu lupus adalah kelelahan yang berlebih. Dengan mereka aware dan tahu info tentang lupus, ketika mereka mengalami gejala-gejala yang mengarah pada lupus mereka bisa segera memeriksakan diri sehingga bisa mendapat pengobatan lebih awal yang tentunya menghindari kondisi yang lebih berat,” tambah Teh Rini. Lebih jauh Teh Rini juga bilang bahwa dengan paham dan mengerti tentang Lupus remaja juga bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyebarkan informasi tentang Lupus ke khalayak umum. Karena pada kenyataannya nih masih banyak banget masyarakat termasuk remaja yang belum paham tentang penyakit ini. Lupus Registry Meskipun pengobatan lupus sudah mengalami kemajuan yang pesat sejak tahun 1995, si Luppy ini dapat menimbulkan keterbatasan aktivitas atau kemampuan hidup mandiri. Penyakit tersebut bersifat dinamis, dapat terkontrol, tetapi sewaktu-waktu dapat menjadi berat. Perlu diketahui, sebagian penyandang lupus dapat hidup normal tanpa obat dengan menghindari faktor pencetus dan mengatur pola hidup sehat. Sebagian lagi dapat beraktivitas normal, tetapi dengan dipayungi obat-obatan untuk mengontrol aktivitas sistem imunnya. Sebagian kecil memang harus membatasi aktivitasnya sambil terus menjalani pengobatan karena terdapat gangguan pada berbagai organ tubuh yang vital.

Quotes “Badan boleh sakit, tetapi jiwa tidak boleh sakit. Sebab jiwa tidak akan pernah mati.” - Dian Syarief

Indeks:

IAPA yang tahu tentang penyakit lupus? Wah, pasti banyak Belia yang langsung bergidik ngeri ketika mendengar nama penyakit ini, ya? Lupus memang kerap dianggap penyakit yang menyeramkan karena penyebab dan penyembuhnya yang masih misterius. Rachmat Gunadi W, SpPD-KR, dokter pemerhati lupus yang ikut meramaikan Peluncuran Buku Mentarimorfosa bersama Syamsi Dhuha Foundation (SDF) pada Sabtu (10/05/2014) lalu juga bercerita demikian. “Banyak pasien yang langsung ketakutan dan merasa divonis ketika dokter mendiagnosa lupus,” ujar dr. Rachmat. Kalau dianggap menakutkan, tentu untuk mengetahui apa itu lupus secara lebih dalam pun rasanya sulit, ya? Nah, SDF sebagai organisasi yang concern dalam meningkatkan awareness masyarakat terhadap lupus punya cara unik untuk memperkenalkan penyakit ini. Penyakit lupus digambarkan sebagai sebuah karakter bernama Luppy. Nah, apa sih si Luppy alias lupus ini sebenarnya? Well, si Luppy adalah penyakit peradangan kronis yang dapat mengenai kulit, sendi, ginjal, paru, susunan saraf, dan alat tubuh lainnya. Gejala tersering adalah bercak kulit, artritis (radang sendi) sering disertai lemah badan dan demam. Perjalanan penyakit ini beragam dari ringan sampai berat berselang seling kambuh dan membaik. Penyebab datangnya si luppy ke tubuh manusia masih belum dite-

20> Skul: SMP Negeri 5 Bandung

21> MusicTerritory: Bandoengsche

21> Aksi: - Pentas Seni SMA Santa Maria 2 - 4th Fifteenergy: For You Indonesia - F.I.C.T.I.O.N

SAYA kayanya pernah dapet informasi sih, penyakit lupus itu di mana antibodi dari metabolisme seseorang itu daya tahan tubuhnya kurang bagus jadi penderitanya tidak dapat berkegiatan seperti orang normal. Jadi ya bisa dikatakan, dia tubuhnya sensitif.

Satria, SMAT Krida Nusantara HAH, lupus? Setau saya penyakit lupus itu apa ya, penyakit daya tahan tubuh yang kurang baik. Belum pernah ketemu juga yang mengalami sih.

Amalia, SMA Alfa Centauri PERNAH denger sih tentang penyakit lupus, tapi gak begitu tau soalnya gak begitu familiar di telinga nganak-anak zaman sekarag. Katanya itu penyakit yang lumayan berbahaya, ya? Pengidapnya tuh katanya mirip pengidap AIDS, susah ngapa-ngapain.

M. Daffa Adriansyah, IX Ibnu Khaldun, SMP Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan LUPUS itu penyakit yang misterius.

Audrey B. Salma, VIII Al-Khawarizmi, SMP Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan LUPUS itu semacam penyakit yang nyerang sistem kekebalan tubuh gitu bukan, sih? Kalau nggak salah itu sebahaya kanker. Di kulit yang sakit lupus biasanya ada tanda merah gitu.*** dhianynadya@gmail.com hanifauziaramadhani@gmail.com

Dengan paham dan mengerti tentang Lupus, remaja juga bisa menjadi perpanjangan tangan untuk menyebarkan informasi tentang Lupus ke khalayak umum. Karena pada kenyataannya nih masih banyak banget masyarakat, termasuk remaja yang belum paham tentang penyakit ini. Jumlah odapus di Indonesia mencapai 400.000 orang, dengan 20.000 di antaranya berada di Jawa Barat. Gejalanya sangat umum, makanya disebut penyakit seribu wajah. “Untuk jangka panjang, odapus dapat menghindari pencetus kambuhnya lupus, misalnya paparan sinar matahari. Untuk saat ini belum ada pengobatan secara total, namun bisa diminimalisir dengan menjalani gaya hidup sehat dan memerhatikan pola makan,” ungkap dr. Rcahmat. By the way, saat ini SDF sedang merintis sebuah pilot project bernama Lupus Registry yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung. Nah pendataan ini di-

lakukan dengan sistem komputerisasi yang diharapkan bisa dimulai tahun ini. Lupus Registry sendiri adalah wujud nyata pergerakan yayasan dalam mendukung odapus. Selain itu, program lain SDF adalah Uji Klinis Ekstrak Physalis Angulata (cecendet/ciplukan)—tumbuhan liar yang bisa dijumpai di semak belukar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Uji klinis ini merupakan kelanjutan dari hasil penelitian lewat ajang Care for Lupus (CFL) SDF Awards. *** hanifauziaramadhani@gmail.com siswanti.hanifa@yahoo.co.id dhianynadya@gmail.com

22> Review:

22>Chat: Cupumanik


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia Edisi 13 Mei 2014 by cnexus kidz - Issuu