Epaper belia 031213

Page 1

19

SELASA (MANIS) 3 DESEMBER 2013 29 MUHARAM 1435 H SURA 1947

Facebook: www.facebook.com/beliapr

Twitter: @beliapr

E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: KEKE

Drama Musikal “Legenda Akkadia”

Seruan Damai

Seru Enggak Drama Musiknya?

dari Panggung Drama

HARI gini masih zaman ya ngeberesin masalah pake tinju? Padahal kalau diperhatiin, kebanyakan sih pemicunya karena hal sepele doang atau malah salah paham. Mestinya kalo ada masalah, diberesin dengan jalur damai, semua problem bisa dicari solusinya tanpa harus mengorbankan pihak lain. Nah ini dia yang jadi intisari cerita drama musikal ”Legenda Akkadia” yang digelar di GOR KONI, Jalan Jakarta, Bandung, Rabu-Kamis (27-28/11). ENGAN setting yang dibuat pakai alur mundur, kita diajak untuk melompat ke masa lampau di mana suku Akkadia berada. FYI, Akkadia udah ada sejak dulu sebelum suku Maya lho. Kisah dari drama ini menceritakan bagaimana sebuah pertikaian terjadi antardua kubu. Seorang arkeolog di masa depan masuk ke masa itu dan ia pun terjebak dalam suatu pertikaian yang sedang terjadi di sana. Sebenarnya kedua pemimpin kubu yang bertikai adalah sepasang adik-kakak yang dipisahkan oleh penasihat kerajaan semasa kecil. Akhirnya setelah pertumpahan darah terjadi dan para korban berjatuhan, mereka baru tahu bahwa ada hubungan keluarga di antara keduanya.

D

Peace cannot be kept by force; it can only be achieved by understanding. -- Albert Einstein

Nasi udah jadi bubur. Demi perdamaian di masa depan, kedua adik-kakak yang sempat bertikai inipun rela ngorbanin dirinya masingmasing. Mereka bertekad jadi ksatria yang rela gugur demi menyudahi perselisihan. Sang arkeolog yang menyaksikan peristiwa tersebut kemudian kembali ke masa kini, tapi yang ia lihat sesudahnya malah sama. Penyelesaian masalah dengan cara kekerasan rupanya masih aja terjadi di era modern kayak sekarang. Ia pun menyadari bahwa pertikaian di masa lalu rupanya bisa berimbas ke masa depan. Sebagai yang punya hajatan, Zero Seven Project ngambil tema bumi untuk pagelarannya kali ini. Jika biasanya bumi identik dengan lingkungan, tim produksi justru lebih mengangkat manusia yang ada di dalamnya. “Gimana bisa jaga bumi kalau manusianya aja masih bertikai. Suku Akkadia ini kan ada sebelum suka Maya yang terkenal dengan ramalan kiamat 2012. Kami juga menyentil hal itu, makanya dalam dialog dimasukkan pesan supaya jangan percaya ramalan,” ujar Kang Agil sebagai sutradara dan pimpinan produksi.

Belajar Akting Itu Mudah Untuk persiapan pementasan ini, para pemain udah latihan selama empat bulan, mulai dari vokal, akting, hingga koreografi. Mereka terdiri dari 60 orang campuran siswa SDSMA yang dibikin jadi 3 tim. Namun dengan waktu latihan yang intensif seperti ini, pendidikan tetap nomor satu lho. Makanya enggak ada tuh yang sekolahnya keteteran. “Kalau kabaret bsia disiapkan dua minggu, tapi drama musikal mah enggak mungkin kalau kurang dari 4 bulan. Soalnya ada proses manajerial juga selama proses latihan,” tambah Kang Agil. Para pemain drama ini bisa dibilang bukanlah berasal dari aktor dan aktris profesional, tapi mereka adalah insan muda yang memang senang akting dan dididik untuk manggung. Ssst.... Kang Agil bilang sih sebenarnya belajar akting itu mudah banget karena sejak lahir pun kita udah berakting. “Dari kecil kita udah diajarin untuk jadi aktor dan aktris. Misalnya nangis, itu kan ekspresi dan bagian dari akting ju-

ga. Terus waktu kecil kita bohongin orang tua tentang kembalian uang jajan, itu pun akting. Cuma yang beda adalah panggungnya. Selain akting kehidupan, sosial, dan pribadi, ada juga akting pertunjukan. Kayak kabaret, teater, dan drama musikal,” sambungnya. Well meskipun sempat kena kendala pindah tempat, pementasan “Legenda Akkadia” tetap berjalan dan penonton enjoy aja tuh. Buktinya jam pertunjukan yang dibagi setiap pukul 08.30, 10.00, 11.30, 13.00, 14.30, dan 16.00 ini selalu dipenuhi oleh siswa berbagai sekolah. Tempat acara yang sedianya digelar di gedung Rumentang Siang harus berubah haluan ke GOR KONI karena belum bisa digunakan. Makanya persiapan dan setting yang udah dilakukan mesti dikerjain ulang hanya dalam tempo waktu seminggu! “Apa pun risikonya, the show must go on. Kami sih enggak cari keuntungan dan target penonton, tapi lebih ke apresiasi. Para pemain udah latihan dan ingin diapresiasi karyanya. Penonton juga ingin lihat hasil kerja keras latihan teman-teman sekolahnya,” tutur Kang Agil. By the way, selepas perhelatan ini, tim Zero Seven Project bakal bikin roadshow ke Garut, Sumedang, dan Cianjur pada awal tahun depan. Pementasan yang bakal ditampilkan nanti bertujuan ngenalin seni peran kepada pelajar. Apalagi Bandung udah dipandang sebagai trendsetter kabaret yang enggak hanya setingkat Jabar, tapi juga Indonesia. Makanya seni peran tersebut ingin lebih dimasyarakatkan ke khalayak lebih luas ke daerah. “Mayoritas dari Bandung pada ke Jakarta. Kalau kami ke daerah, khususnya Priangan Timur. Ada potensi teater di setiap daerah, misalnya di Karawang dan Sukabumi yang sekarang udah mulai jalan. Belajar akting itu mudah banget kok,” tambah Kang Agil. Nah buat kamu yang berdomisili di Priangan Timur, siap-siap nonton pementasan mereka ya! ***

Ana Yulianti, SMKN 5 Bandung CERITANYA menarik, apalagi sekarang di negara kita banyak yang berselisih. Antar-SMP aja bisa berantem hanya karena hal kecil. Dengan adanya drama ini jadi bisa menyampaikan bahwa kita harus ngejaga negara kita sendiri. Jangan bikin masalah kecil jadi besar. Kalau adegan dan penampilan sih udah bagus, tapi tadi sedikit keganggu dengan gordennya.

Nisa Aprilia, SMKN 5 Bandung AWALNYA dari pertama belum terlalu jelas ceritanya seperti apa, tapi setelah itu jadi jelas semua. Kisahnya tentang pertengkaran gitu. Seru kok. Harapan saya kalau nanti bikin drama musika lagi sih inginnya ada cerita komedi, biar ada sisi humorisnya gitu.

Alya Fauziah, SMKN 5 Bandung KESAN setelah nonton itu rame karena saya penasaran juga ceritanya seperti apa. Capek juga soalnya lumayan antre untuk masuk ke GOR, tapi pas udah di dalam dan nonton mah rasa capeknya kebayar semua. Penampilan pemainnya udah bagus, suaranya juga keren. Mungkin karena faktor mic, jadi sayang aja kurang kedengeran.

Sutopo Septo Hadi, SMKN 4 Bandung ACARANYA rame, cuma konsep blockingnya ada yang kurang. Terus teknisi dan suara musiknya terlalu tinggi jadi suara si pemainnya nggak kedengaran. Masukan untuk ke depan sih blockingnya sesuai dan antara teknisi vokal dan musiknya seimbang.

Berlian Nurfadhilah, SMKN 4 Bandung BAGUS ceritanya dan cukup jelas di akhir. Tapi cerita pas awal agak pending soalnya suara pemerannya enggak kedengaran, ketutup gitu. Sayang juga karena propertinya kurang.

Rizal Firdaus, SMKN 4 Bandung KURANG jelas di awal, tapi makin ke sini jelas sih maksud ceritanya gimana. Pesan saya untuk drama musikal selanjutnya, minta diperhatikan sound system dan lighting. Tapi over all bagus banget kok.*** siswanti.hanifa@yahoo.co.id destarimahalaksmi@ymail.com

siswanti.hanifa@yahoo.co.id

Pohonku dan Pohonmu Adalah Napas Kita

T

Indeks:

ERKADANG kita merasa bosan dan malas manakala guru guru di sekolah, orangtua di rumah, atau bahkan para pejabat pemerintahan di wilayah tempat tinggal kita, menganjurkan untuk menanam sebuah pohon minimal satu pohon satu bulan. Mungkin pula, terkadang kita merasa jengkel dengan kondisi halaman rumah kita yang acap kali dikotori oleh daun daunan kering yang berserakan tertiup angin yang berasal dari pohon milik tetangga kita. Namun sesungguhnya, seandainya kita menyadari betul akan fungsi sebatang pohon, tentu rasa jengkel, rasa malas serta rasa bosan tersebut akan hilang, berganti dengan semangat untuk memeliharanya. Begitu banyak manfaat dari sebatang pohon. Akarnya dapat menahan erosi tanah hingga mencegah terjadinya longsor atau pergerakan tanah yang membahayakan jiwa kita, Akarnya pun menjaga ketersediaan air tanah yang kita butuhkan untuk kehidupan kita. Daun-daun pohon yang rindang dapat menahan angin yang membawa bermacam penyakit serta menahan kelebihan sinar ultraviolet yang mem-

<20> Skul: SMAN 1 Pangalengan

bahayakan, juga menghisap zat-zat beracun yang ada di atmosfir kita, yang membahayakan kesehatan kita. Daun-daun itu pun menghasilkan oksigen, gas yang paling vital yang kita butuhkan untuk tetap bisa bernapas. Bayangkan jika bumi ini tanpa pohon, bayangkan jika hutan-hutan di bumi ini hilang karena keserakahan manusia. Tentu kehancuran akan segera datang. Bukan hanya berfungsi menghasilkan oksigen dan menjaga ketersediaan air saja, bukankah hutan-hutan itu juga adalah tempat tinggal para hewan, dan sumber makanan bagi hewanhewan herbivora? Jika hewan-hewan herbivora punah, bagaimana nasib hewan-hewan karnivora? Apakah justru hewan-hewan itu akan memangsa kita? Tentu kekacauan rantai makanan akan terjadi. Jika pohon-pohon penghasil oksigen itu hilang, mungkin kelak setiap manusia harus selalu membawa tabung oksigen ke mana pun untuk membantunya bernapas. Bayangkan, akan bagaimana nasib anak cucu kita kelak? Oleh sebab itu, tidak perlu merasa bosan, dan malas, manakala guru-guru di sekolah dan orangtua

<21> Aksi: - SMA Bina Muda Life Skills Expo - Pasanggiri Pencak Silat SD dan SMP se-Bandung Raya

kita begitu intensif mengingatkan kita untuk mau menanam sebatang pohon dan menjaga pepohonan yang telah ada. Tidak perlu juga merasa jengkel manakala daun-daun dari pohon tetangga berserakan di halaman rumah kita karena terbawa angin. Karena bisa jadi dari pohon milik tetangga itulah yang telah cukup menyumbangkan keberadaan oksigen untuk kita bernapas. Ingatlah, satu batang pohon saja, dapat menyumbangkan 2.5 kg oksigen setiap harinya, yang cukup untuk bernapas bagi dua orang. Jagalah pohon-pohon yang telah ada, serta bersikaplah aktif dalam menjaga kehidupan pohonpohon tersebut. Bersemangatlah saat guru-guru di sekolah memberi tugas menanam sebatang pohon. Karena, bisa jadi pohon yang kita tanam sekarang, akan jadi sumber kehidupan anak cucu kita kelak. Jika kita menyayangi keluarga dan anak cucu kita kelak, maka sayangilah pohon-pohon di bumi ini. Karena disadari atau tidak, pohonku dan pohonmu adalah sumber bagi napas kita.*** M Andre, kelas VIII, SMPN 31 Bandung

22> Review:

<21> Ensiklobelia Pake Iket Yuk!

<22> Chat: Agnes Alzena Syafitri


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia 031213 by cnexus kidz - Issuu