19
SELASA (PAHING) 19 NOVEMBER 2013 15 MUHARAM 1435 H SURA 1947
Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: KEKE
Pemilihan Duta Bahasa Pelajar 2013
Ajang Barisan Pelajar yang Sadar Berbahasa EBAGAI tunas muda berbakat, rugi banget deh kalau kamu sampai ketinggalan ajang yang satu ini. Setelah setahun berlalu, Pemilihan Duta Bahasa (Dubas) Pelajar kembali digelar untuk menyosialisasikan kesadaran berbahasa dari dan oleh generasi muda, khususnya di kalangan pelajar. Antusiasme yang muncul ternyata cukup besar lho. Terbukti dari pendaftarnya yang nembus angka ratusan siswa sekolah menengah seantero Jabar dalam kegiatan tahunan dari Balai Bahasa Jawa Barat ini. Mereka berdatangan dari berbagai jurusan kayak IPA, IPS, SMK (pariwisata, kimia, dll.), dan pesantren. “Antusiasme peserta pelajar sekarang meningkat. Bahkan selain dari Kota Depok, ada juga peserta SMK yang daftar. Padahal, tahun-tahun sebelumnya nggak ada. Harapan saya kepada dubas pelajar angkatan sekarang bisa lebih solid dalam mengemban tugasnya. Minimal bisa menyosialisasikan ke teman-teman di sekolah dan berkontribusi dalam Komunitas Duta Bahasa Jabar,” ujar Azhar Kharisma, ketua pelaksana acara ini. Setelah melalui seleksi penulisan esai tentang kebahasaan, jumlah peserta pun disusutkan jadi 100 besar dan berhak ikut seleksi selanjutnya. Seleksi yang udah terlaksana seharian penuh pada Kamis (7/11) di Hotel Anggrek, Jalan Seram No. 3, Bandung tersebut meliputi tes UKBI (uji kemahiran bahasa Indonesia) dan penulisan esai dalam tiga bahasa (bahasa Indonesia, bahasa Sunda, dan bahasa asing). Dari rangkaian seleksi tersebut kemudian dipilihlah 30 orang untuk jadi finalis dan mengikuti grand final di tempat yang sama pada Kamis (14/11). Riuh rendah suara peserta pun berpadu dengan kemeriahan para orang tua dan teman-teman pendukung dari setiap finalis. Tiga orang yang bertindak sebagai juri dalam perhelatan ini adalah Ibu Ade Mulyanah (Balai Bahasa Jabar), Prof Cece S (Universi-
S
Bahasamu, Identitasmu
T
AHUKAH belia bahwa selain berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi menunjukkan identitas kita. Kita dapat mengetahui identitas dan sikap seseorang dari bahasa yang digunakannya. Apabila seseorang menggunakan bahasa yang kasar, kita tentu dapat menilai bahwa orang tersebut berperilaku kurang baik. Begitupun sebaliknya, bila seseorang bertutur bahasa yang halus, bisa dikatakan ia berperilaku baik. Tidak hanya itu, bahasa juga dapat menunjukkan identitas asal kita. Misalnya, saat kita bertemu dengan orang yang menggunakan bahasa Sunda, mungkin kita berpikir bahwa orang tersebut berasal dari Sunda, atau setidaknya dapat berbahasa Sunda. Jadi kita tahu bagaimana harusnya berbahasa dengan orang tersebut. Dalam unsur kebudayaan universal, bahasa merupakan salah satunya. Bahasa yang kita gunakan ini akan menjadi sebuah kebudayaan, bahkan kebudayaan nasional yang juga menunjukkan identitas bangsa kita sendiri. Dan tidak akan mungkin ada suatu bangsa bila bangsa tersebut tidak mempunyai kebudayaan yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Dengan demikian, pergunakanlah bahasa yang baik dan benar, baik itu bahasa daerah, bahasa Indonesia, maupun bahasa asing. Jangan pernah mencampur-adukkan antarbahasa satu dengan bahasa lainnya. Biasanya, orang yang mencampur-adukkan bahasa adalah tipe orang yang tidak konsisten karena tidak berpegang teguh pada bahasa yang dipakainya, tidak tahu di mana, kapan, dan kepada siapa ia berbahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Inginnya dilihat sebagai orang intelek dan cerdas karena mampu menguasai banyak bahasa, tetapi malah menjadi bahan olokkan karena dirasa bahasa yang digunakannya tidak tepat. Jadi, gunakanlah bahasa yang baik dan benar. Jangan sampai dengan menyalahkan kita malah merusak citra bahasa itu sendiri. Terlebih untuk bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Banggalah berbahasa Indonesia, tidak malu berbahasa daerah, dan pandailah berbahasa asing! ***
“Dubas pelajar angkatan sekarang bisa lebih solid dalam mengemban tugasnya. Minimal bisa menyosialisasikan ke teman-teman di sekolah dan berkontribusi dalam Komunitas Duta Bahasa Jabar.”
Ini dia daftar keempat pasang pemenang Dubas Pelajar! Juara 1: M Fajar Pratama (SMAN 3 Bandung) dan Agnes Alzena Syafitri (SMAN 1 Garut) Juara 2: Yasmin (Akademi Siswa Bangsa Internasional Bogor) dan Hanif Abdillah (MA Mathlaul Huda Baleendah) Juara 3: Amelya Melviani (SMAN 19 Bandung) dan Riki Rizkiansyah (SMAN 1 Sumedang) Juara Favorit: Anne Shafira Purnama (SMAN 5 Bandung) dan Reino P Simamora (SMAN 4 Depok)
Indeks:
Quotes
-- Rahimidin Zahari, Bayang Beringin
siswanti.hanifa@yahoo.co.id
Harapan Setelah Jadi
Dubas Pelajar Hanif Abdillah, MA Mathlaul Huda Baleendah DAPAT gelar juara itu jadi pembuktian kepada diri sendiri, orang tua, dan pondok karena saya bisa jadi yang terbaik di antara yang terbaik. Pokoknya bangga dan nggak nyesel ikutan dubas pelajar. Awalnya iseng aja dan hanya bikin esai dalam waktu satu jam. Ketika penjurian, saya deg-degan pas bagian bahasa Sunda tapi udahnya sih plong. Saya ingin jadi seorang broadcaster, guide internasional, dan translator bahasa Arab karena kebetulan di sekolah pun udah biasa pakai bahasa Arab dan Inggris. Dari sanalah motivasi saya untuk ikutan dubas pelajar dan puas banget karena dapat sertifikat. Harapan ke depan ingin bisa manfaatkan sebaik-baiknya bahasa Indonesia dan Sunda, apalagi saya ingin jadi broadcaster. Pokoknya harus terus belajar.
Ulfah Hasanah, SMAN 3 Bandung PERSIAPAN saya menuju final dubas pelajar itu banyak doa menelepon kakek di Tasik karena sempat deg-degan dan nggak tenang. Saya juga saling menyemangati dengan finalis lain. Cita-cita saya ingin memajukan Indonesia makanya senang dan antusias ikutan dubas pelajar. Di sini bisa punya teman baru dan ketemu orang-orang hebat yang semangat dan minatnya sesuai dengan saya. Ini nunjukin kalau Indonesia punya generasi muda yang peduli. Harapan jangka panjang saya semoga Indonesia jadi negara besar, kebudayaannya tetap lestari, diakui internasional, dan rakyatnya sejahtera.
Amelya Melviani, SMAN 19 Bandung
Asy-syifaa Halimatu Sa’diah, SMAN 1 Cililin.
“Bahasa terbina dari nurani bangsa. Bangsa besar kerana keutuhan bahasanya.”
tas Padjadjaran), dan Ibu Temmy Widyastuti (Universitas Pendidikan Indonesia). Sehari sebelumnya, para peserta telah diberi kisi-kisi topik untuk final, di antaranya Sumpah Pemuda, puisi, penggunaan bahasa asing dalam media surat, sastra novel, pendidikan, dan bahasa alay untuk kategori bahasa Indonesia; multilingualism, cultural heritage, dictionary, language preservation, dan sundanese myth untuk kategori bahasa Inggris; serta kaulinan barudak, kakawihan, pupuh, tokoh si kabayan, carita lutung kasarung, dan undak usuk basa untuk kategori bahasa Sunda. Wuih seru banget ya bahasannya! Beres menjadi finalis pun nggak berarti selesai gitu aja karena masih ada tahapan berikutnya yang mesti dilewati, yaitu memilih satu undian pertanyaan yang bakal dipresentasikan di hadapan juri. Di sinilah kemampuan berbahasa diuji karena mereka mesti menjawab sesuai bahasa yang diminta. Kalau nggak sesuai, ya risiko kena pengurangan nilai. Makanya selain kemampuan public speaking, penting pisan untuk peserta punya kepedulian serta wawasan kebahasaan dan kesastraan. FYI, minat baca Indonesia masih kalah dengan bangsa lain lho. Dalam setahun, orang Jepang bisa baca 40 buku dan orang Amerika 20 buku. “Ini karena nggak adanya minat dalam diri sendiri untuk memahami isi. Generasi sekarang ingin mudahnya aja, seperti ambil dari internet. Keinginan menulis esai pun kurang karena biasanya hanya ditulis dalam 1-2 lembar. Padahal di luar negeri, esai bisa ditulis sampai 12 lembar,” ujar Agnes, salah satu finalis. Wuih nggak kebayang besarnya nilai pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan dari ajang ini. Selain bisa ketemu teman-teman baru dan maksimalin potensi diri, juga dapat ningkatin rasa kepedulian tentang jati diri sebagai orang Sunda. Sedap lah! ***
20> Skul:
21> Aksi
SMPK 3 Bina Bakti
Angklung Pride 2013
21> MusicTerritory:
21> Ensiklobelia:
- Negeri Neraka Release Party - The Next Legend
Topan Haiyan a.k.a. Yolanda
MENURUT saya menjadi pemenang itu bonus dari apa yang udah kami lalui prosesnya sebelumnya. Yang penting menikmati aja dan terus berdoa. Siapa pun yang jadi pemenang, jadi dubas aja udah membanggakan. Nggak nyangka bisa jadi dubas pelajar karena awalnya hanya iseng gara-gara diajak teman yang udah jadi dubas tahun lalu. Apalagi saya nggak jago bahasa Inggris dan bahasa Sunda, tapi bisa sedikit bahasa Jerman. Malahan pas hari terakhir pendaftaran sempat lupa belum daftar dan kirim berkas. Untuk persiapan sih saya belajar sebisanya. Harapan saya ingin lebih banyak belajar tentang bahasa itu sendiri seperti apa. Setelah paham, baru saya aplikasikan ke lingkungan terdekat dulu seperti keluarga dan sekolah. Bahasa itu penting banget karena sebagai identitas diri.
Lucky Lukman Maulana, SMKN 11 Bandung SAYA ikutan ekskul jurnalistik di sekolah dan saat itu guru bahasa Indonesia ngasih selebaran tentang pemilihan dubas pelajar. Katanya sih ini pas karena cita-cita saya ingin jadi penyiar radion, MC, diplomat, dan kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Saya pun bikin artikel sambil konsultasi dengan guru seni budaya, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia. Meskipun nggak datang ke acara final karena ada ulangan Matematika, mereka tetap mendukung. Setiap kompetisi memang harus ada pemenang sebagai target, tapi yang lebih penting itu dapat pengalaman. Menurut saya, jangan hanya kita yang aktif berbahasa yang baik, tapi juga pemuda lainnya turut membudayakan. Semakin banyak orang bahasa Sunda pasti bakal jadi seru banget. *** siswanti.hanifa@yahoo.co.id
22> Review:
22>Chat: JP Millenix