19
SELASA (MANIS) 18 MARET 2014 16 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947
Facebook: www.facebook.com/beliapr • Twitter: @beliapr • E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: KEKE. ADEGAN DIPERANKAN OLEH MODEL
bukan Berarti Kiamat S
EKITAR dua minggu lalu kita dikejutkan dengan berita ditemukannya seorang remaja yang tewas di pinggir jalan tol Jakarta, Ade Sarah Angelina (19). Dua hari setelah itu, muncullah kabar ngagetin yang bilang bahwa pelaku tewasnya Ade adalah mantan pacarnya sendiri! Alasan yang dikemukakan sang pelaku sih sebenarnya berpangkal pada kekecewaan setelah putusnya hubungan mereka. Kemudian, berselang seminggu ada lagi berita serupa dengan tewasnya seorang cewek. Rupanya ia meregang nyawa akibat dikeroyok gara-gara cintanya ditolak oleh seorang pemuda. Miris banget deh, masalah cinta yang nggak kesampaian bisa sampe sebegininya. Apalagi contoh kedua kasus keji di atas dilakukan oleh mereka yang masih berusia remaja. Apakah perasaan sakit hati dan cemburu mampu bikin orang bertindak bodoh? Sebenarnya gimana cara tepat untuk mengatasi kegalauan supaya bisa cepat pulih lagi? Menurut psikolog Ervan Abu Nangim, pada dasarnya ketika patah hati, kita punya tiga tahapan penting yang mesti dijalanain. Pertama adalah harus bisa nerima keadaan. Kadang alasan yang bikin kita nggak bisa ”move on” adalah ketidakmampuan untuk nerima kenyataan bahwa semua udah berakhir. Semakin lama nggak bisa nerima kenyataan, semakin sakit hati pula dan bikin nggak nyaman. ”Lalu yang kedua adalah nggak boleh nyalahin orang lain. Biasanya ketika putus, seseorang cenderung menyalahkan mantan atau justru pacar barunya si mantan kalau dia udah ”move on” duluan. Padahal biarin aja dia punya pilihan sendiri karena mungkin dia punya alasan tersendiri yang memang nggak disampaikan kepada kita. Kalau terus-terusan nyalahin orang lain, sebenarnya ada dua kerugian, yaitu kita nggak mungkin balik lagi dengan dia karena udah keburu sebal dan benci. Terus bakal bikin kita nggak berkembang karena akan cenderung melakukan hal yang sama ketika bertemu dengan hubungan yang baru lagi,” tutur Kang Ervan. Selanjutnya, tahap ketiga adalah nggak boleh nyalahin diri sendiri. Biasanya begitu patah hati, seseorang malah nyalahin diri sendiri yang mengakibatkan minder dan menutup peluang
untuk orang yang lebih baik. Padahal ketika gagal, bukan berarti sepenuhnya kita jadi orang gagal kan? Toh cinta itu adalah sesuatu yang bikin kita jadi lebih baik. Kalau malah bikin kita menderita dan kecewa, ya bukan cinta dong namanya. Lantas jika yang galau adalah teman sendiri, apa yang mesti kita perbuat sebagai sahabat? ”Ada aturan yang enggak boleh dilanggar, yaitu jangan sampai menyarankan untuk putus atau nyambung lagi. Ketika seorang teman menceritakan masalahnya, jadilah pendengar yang baik. Kadang remaja bukan butuh solusi, melainkan butuh didengerin ketika ngeluarin unek-unek. Toh, ketika merasa dimengerti, dia bisa kok ngambil keputusan yang jadi tanggung jawabnya sendiri. Kalau justru kita yang ngasih saran, berarti bukan dia yang tanggung jawab,” kata Kang Ervan. Intinya sih, sebagai teman jangan sampai kita jadi pihak yang ngetokkin palu. Apalagi kalau sampai ngasih saran secara memaksa, it’s a big no-no! Kalaupun mau ngasih pendapat, berilah yang bersifat opsional dengan menerangkan masing-masing konsekuensi dari setiap pilihan yang bakal diambil. Well menurut Kang Ervan, remaja saat ini bisa dibilang punya pertumbuhan fisik yang lebih matang, tetapi kematangan pribadinya agak telat. ”Secara fisik badannya lebih tinggi, sehat, cerdas, dan pintar, tetapi secara mental ada kemunduran dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dulu sih usia sekolah sampai kuliah udah bisa mandiri, sekarang lebih ketergantungan dengan orangtua dan gadget, sehingga perkembangan emosinya agak ketinggalan. Akibatnya ketika dorongan seksnya tinggi, regulasi emosinya rendah. Saat jatuh cinta ya cinta mati banget, tetapi ketika putus seakan dunia runtuh,” ujarnya. Hal inilah yang mesti diimbangi. Caranya adalah dengan lebih terbiasa mengatasi konflik, nggak cepat bereaksi, dan selalu melakukan tindakan berdasarkan pertimbangan. ”Remaja yang galau putus cinta itu presentasenya kecil. Sebenarnya banyak kok remaja yang melewati masanya dengan baik dengan berprestasi. So,
menjadi remaja itu nggak harus lebay kok. Mereka punya banyak kelebihan tanpa harus berlindung di balik status remajanya yang banyak dibilang adalah masa labil,” tuturnya. Peran Orangtua dan Sekolah Menurut Pak Syam Ahmad, guru BK di SMA Negeri 11 Bandung, remaja patah hati atau cemburu adalah hal biasa. Di umur belasan, sewajarnya manusia mulai tertarik pada lawan jenis dan mencoba menjalin hubungan alias pacaran. Pada masa yang sama, manusia mulai menghadapi banyak konflik dari dalam maupun luar dirinya. Nggak heran, siswa SMPSMA sering kali menghadapi situasi sulit atau… galau. Nah, nggak jarang murid-murid Pak Syam pun mendatanginya dengan berbagai cerita. Pak Syam berkisah, selain hal akademik, keluarga, atau pertemanan, banyak siswa yang mencurahkan isi hati alias curhat kepadanya soal percintaan. Pak Syam berpendapat bahwa
curhat pada orang lain ketika patah hati atau cemburu adalah tindakan bijak. ”Dengan curhat, tentu perasaan akan lebih lega dan suasana hati jadi lebih baik,” ujarnya. Pak Syam menambahkan, curhat kepada orang yang tepat bahkan bisa menyelesaikan masalah. Misalnya curhat kepada sahabat dekat, guru BK, atau wali kelas, sangat mungkin akan ditanggapi dengan saran-saran yang bermanfaat. Dengan begitu, patah hati, cemburu, dan masalah percintaan lainnya tak akan berakhir dengan sikap tak bertanggung jawab. Wah, benar juga nih! Selain itu, menurut Pak Syam, ada hal-hal lain selain curhat yang dapat menjauhkan remaja dari tindakan gegabah saat menyikapi masalah percintaan. Salah satunya adalah keimanan. ”Dengan mengedepankan nilai spiritual, manusia akan terjauh dari tindakan-tindakan jahat,” ujarnya. Jika remaja tak punya keyakinan atau iman, dan belum bisa membedakan hal yang baik dan yang buruk, maka akan sangat mudah untuk terjerumus ke hal-hal negatif. Ibu Enok Aminah, seorang ibu yang anak perempuannya duduk di bangku kelas IX, bilang kalau sebagai orangtua, bekal pendidikan agama harus ditanamkan dengan kuat. Lingkungan keluarga pun harus dikondisikan secara baik dengan cara nggak mencontohkan hal-hal yang tidak patut. Sebagai orangtua, Bu Enok pun terbiasa dekat dan mengajak putrinya bercerita tentang apa saja. ”Ini terjadi ketika SD, anak saya suka dengan seorang teman yang justru malah suka dengan sahabatnya. Tetapi karena sudah ditanamkan pendidikan agamanya, ia sadar bahwa ada yang lebih baik. Sekarang semakin menginjak dewasa, ia justru nggak mau pacaran karena itu mendekati perzinahan. Jadi meskipun ada yang mendekati, hanya dia anggap sebagai teman,” ungkapnya. Lagi, menurut Kang Ervan, orangtua juga bisa ngasih batasan kapan sebaiknya sang anak diperbolehkan menjalin hubungan. ”Pacaran di usia terlalu muda sebenarnya banyak minusnya. Misalnya sejak SMP udah pacaran padahal jarak ke usia nikah kan masih jauh. Beda dengan usia kuliah yang rentang dengan usia nikahnya lebih dekat. Mungkin dalam masa itu
hanya bakal ngalamin sekali putus cinta atau malah justru cinta pertamanya bisa langsung ke tahap pernikahan. Orangtua bisa kok nahan anaknya supaya jangan pacaran dulu,” ujarnya. So, cinta yang tamat bukan berarti dunia ikutan kiamat, kan? Lihat ke sekeliling kamu dan temukan bahwa masih banyak hal menyenangkan dan bermanfaat yang nggak perlu bikin kita galau tingkat dewa. Cinta sih boleh end, tapi semangat hidup jangan sampai ikutan hilang dan bikin hidup kita jadi watir. Move on, move up, then move away! Tunjukkan pada dunia bahwa kita lebih kuat dari apa yang kita kira. Palu memang bisa menghancurkan kaca, tetapi palu juga bisa menguatkan baja. Oke, semangat! *** siswanti.hanifa@yahoo.co.id hanifauziaramadhani@yahoo.com
How to Deal with a Broken Heart and Jealousy? “HARUSNYA pacaran waktu remaja itu jangan dibawa terlalu serius. Jadi kalau mengalami patah hati atau cemburu, sikapi dengan positif. Dari pada melakukan kekerasan ke orang yang bikin sakit hati, lebih baik percaya bahwa nanti juga akan ada orang yang bikin senang lagi.” Kana, SMP Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan “KALAU cemburu, harusnya bisa dibicarakan baik-baik. Kalau patah hati, salurkan aja ke kegiatan yang positif. Misalnya bikin puisi atau lagu. Jangan lupa juga untuk curhat ke teman yang dipercaya supaya kesedihan berkurang.” Amadea Valerie, SMA Kristen BPK Penabur 1 “CEMBURU dan patah hati kaya gitu sih harusnya dialihkan ke hal-hal yang lain, yang positif gitu misalnya nge band, bersepeda, atau apa kek gitu.” Raden Adi, SMP Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan
K Indeks:
20> Skul: MAN Cianjur
AWAN, sebagian besar di negara Indonesia ini adalah generasi muda yang sedang menimba ilmu, atau biasa kita menyebutnya pelajar. Pergaulan pelajar sekarang sudah sangat melampaui batas dan hampir meninggalkan pekerjaan wajib mereka. Pelajar pun rentan akan pergaulan yang akan mengubah masa depan dirinya. Dengan sedetik pergaulan yang salah, hidup mereka dapat menjadi suram. Pelajar saat ini sangat rentan dengan pergaulan bebas. Salah satu contohnya adalah merokok. Sekarang banyak di kalangan pelajar yang terbiasa dan sudah kecanduan dengan rokok. Padahal, selain membahayakan dirinya, rokok pun dapat mengubah kesehatan dan menurunkan kinerja otak, juga membahayakan orang lain. Sekarang di kalangan pelajar seperti telah terpampang ”peraturan” yang baru seperti jika kita tidak merokok kita
termasuk anak yang tidak gaul, kurang tenar, dan tidak keren. Siapa sih pelajar yang enggak mau disebut tenar di sekolahnya? Kebalikan dengan orang yang pintar yang sering di sebut kutu buku. Tetapi hal itu secara tidak langsung memaksa kita untuk terjerumus ke dalam hal yang negatif dan mengubah masa depan kita menjadi suram. Kita dengan terpaksa (dan dipaksa) melakukan perbuatan itu agar dapat disebut anak gaul dan menyatu dengan anak-anak lainnya yang disebut kalangan anak keren. Tapi itu sudah salah kaprah. Gaul pun disalahartikan. Padahal gaul sebenarnya sama dengan kata unggul dalam artian unggul dalam hal pelajaran atau sesuatu yang positif, kita tidak akan salah kaprah tentang apa maksud dari kata gaul itu sebenarnya, jadi kita sebagai pelajar jangan pernah sekali-kali menyentuh atau mencoba
barang berbahaya itu agar bisa disebut keren, gaul, dan lain-lain. Sebaliknya, pelajar yang merokoklah yang tidak keren dan tidak gaul. Apalagi mereka juga sudah menyia-nyiakan masa depannya dengan percuma. Itu adalah salah satu contoh pergaulan di kalangan pelajar masa sekarang. Jadi jangan kita salah memilih pergaulan di sekolah, kawan. Sekolah bukan tempat untuk membahayakan dan menghapus masa depan kita, tetapi sekolah seharusnya menjadi tempat kita bersaing dalam hal yang positif dan mendidik juga membina kita untuk menjadi lebih baik lagi. Ingat, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Diki Chandra SMAN 1 Banjaran
hanifauziaramadhani@yahoo.com
So you can keep the diamond ring It don't mean nothing anyway In fact you can keep everything Except for me Part of Me by Katy Perry
22> Review:
20> Insight: Deugalih & Folks
21> Aksi: SMK Kesehatan Fajar Kencana
21> Aksi: Pensi SMPN 17 Bandung
21> MT: Camp Rock Ala Bina Bangsa
Quotes
Anak Gaul Adalah Anak Unggul
“MENURUTKU, harusnya pacaran semasa remaja itu nggak usah terlalu serius. Kalau terlalu serius kan nanti ketika putus bisa bikin sakit hati dan melakukan hal-hal negatif. Jadi kalau patah hati, menurut saya nggak usah terlalu dipikirin. Mending berpikiran positif dan melakukan hal-hal positif.” Delita Nuurdianti Supriadi, SMA Negeri 19 Bandung